KATA PENGANTAR
Bismillahirahmanirrahiim,
Puji syukur penulis panjatkan ke
hadirat Allah SWT, yang telah memberikan kekuatan dan ketabahan bagi hamba-Nya.
Serta memberi ilmu pengetahuan yang banyak agar kita tidak merasa kesulitan.
Salawat serta salam tidak lupa penulis sanjungkan kepada Nabi Besar Muhammad
SAW, yang telah menyampaikan wahyu kepada hamba-Nya yang setia sampai akhir
zaman.
Makalah yang berjudul “Pendekatan Dalam Pembelajaran Bahasa
Indonesia” ini, disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah
Strategi Pembelajaran
Bahasa
Indonesia di FKIP UNMA Banten. Dalam penyusunan makalah ini penulis banyak
mendapat bantuan dan sumbangan pemikiran, serta dorongan dari berbagai pihak,
tetapi tidak luput dari kendala yang begitu banyak.
Akhir kata semoga Makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua terutama bagi penulis, Amin yarobbal ‘alamiin.
Pandeglang, April 2013
Penulis

KATA
PENGANTAR ………………………………...
i
DAFTAR
ISI……………………………………………
ii
BAB
I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang …………….……………………….
1
B.
Rumusan
Masalah…………………………………..
2
C.
Tujuan
Penulisan…………………………………..
2
BAB
II PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pendekatan
……………………………
3
B.
Jenis-Jenis Pendekatan
…………………………..
4
C.
Langkah -
Langkah Menetapkan Pendekatan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia Serta
Manfaatnya
……………..
19
BAB
III PENUTUP
A.
Kesimpulan
…………………………………………
21
B.
Saran……………………………………………….
21
DAFTAR
PUSTAKA
………………………………………..
12
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Ada dua pendapat yang bertentangan di
tengah pengajaran bahasa Indonesia. Di satu sisi, banyak keluhan yang
dilontarkan oleh masyarakat terhadap penguasaan bahasa Indonesia si anak didik.
Keluhan itu terutama karena si anak didik dianggap kurang mampu menggunakan
bahasa Indonesia baik secara lisan maupun secara tertulis. Di sisi lain, di
sebagian siswa / mahasiswa mengatakan pembelajaran bahasa Indonesia sangat
membosankan karena mereka sudah merasa bisa dan penyampaian materi yang kurang
menarik sehingga secara tidak langsung siswa/ mahasiswa menjadi lemah dalam
penangkapan materi (Haris, 2008).
Salah satu keberhasilan suatu
pembelajaran ditentukan oleh pendekatan yang digunakan oleh guru dalam kegiatan
pembelajaran tersebut. Banyak pendekatan pembelajaran yang dapat digunakan dan
guru harus cermat dalam memilih pendekatan mana yang cocok digunakan untuk lingkungannya.
Anthony (dalam Ramelan, 1982)
mengatakan bahwa pendekatan mengacu pada seperangkat asumsi yang saling
berkaitan dengan sifat bahasa, serta pengajaran bahasa. Pendekatan merupakan
dasar teoritis untuk suatu metode. Asumsi tentang bahasa bermacam-macam, antara
lain asumsi menganggap bahasa sebagai kebiasaan, ada pula yang menganggap
bahasa sebagai suatu sistem komunikasi yang pada dasarnya dilisankan , dan ada
lagi yang menganggap bahasa sebagai seperangkat kaidah.
Pendekatan dalam pembelajaran bahasa
Indonesia dipandang sesuai dengan seperangkat asumsi yang saling berkaitan,
yakni pendekatan kontekstual, pendekatan komunikatif, pendekatan terpadu, dan
pendekatan proses. Menurut Aminuddin (1996) pendekatan merupakan seperangkat
wawasan yang secara sistematis digunakan sebagai landasan berpikir dalam
menentukan metode, strategi, dan prosedur dalam mencapai target hasil tertentu
sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan.
B. Rumusan Masalah
1.
Apakah
pengertian dari pendekatan pembelajaran itu?
2.
Apa sajakah
macam dari pendekatan pembelajaran tersebut?
3.
Bagaimana
langkah-langkah dan manfaat pendekatan tersebut?
C. Tujuan Penulisan
1.
Mengetahui
pengertian dari pendekatan.
2.
Mengetahui
macam dari pendekatan pembelajaran.
3.
Mengetahui
langkah-langkah serta manfaat dari pendekatan itu sendiri.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian Pendekatan
Pendekatan menurut Edwar M.Anthoni, 1963 adalah
seperangkat asumsi korelatif yang menangani hakikat bahasa, pengajaran bahasa
dan pembelajaran bahasa. Pendekatan bersifat aksiomatik. Metode merupakan
rencana keseluruhan penyajian bahasa secara rapi, tertib, yang tidak ada
bagian-bagiannya yang berkontradiksi dan kesemuanya itu didasarkan pada
pendekatan terpilih. Metode bersifat prosedural. Di dalam satu pendekatan
mungkin terdapat banyak metode. Teknik merupakan suatu muslihat, tipu daya dalam menyajikan
bahan. Teknik harus sejalan dengan metode dan serasi dengan pendekatan. Teknik
bersifat implementasi.
Richards & Rodgers,1986 menyempurnakan pendapat Anthoni.
Mereka menambahkan peran guru, siswa bahan, tujuan silabus dan tipe kegiatan
dan pengajaran pada segi metode, sehingga muncul istilah desain atau
rancang-bangun.istilah teknik diganti dengan istilah prosedur.
Pendekatan menurut Kosadi, dkk (1979) adalah seperangakat
asumsi mengenai hakikat bahasa, pengajaran dan proses belajar-mengajar bahasa.
Menurut Tarigan (1989) Pendekatan adalah seperangkat korelatif yang menangani
teori bahasa dan teori pemerolehan bahasa. Sedangkan menurut Djunaidi (1989)
Pendekatan merupakan serangkaian asumsi yang bersifat hakikat bahasa,
pengajaran bahasa dan belajar bahasa.
Pendekatan pembelajaran dapat diartikan
sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses pembelajaran, yang
merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang sifatnya masih
sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan, dan melatari
metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat dari
pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach).
B.
Jenis-Jenis Pendekatan
Berikut murupakan macam- macam
pendekatan pengajaran bahasa, di antaranya adalah:
1. Pendekatan
Tujuan
Pendekatan tujuan ini dilandasi oleh
pemikiran, bahwa dalam setiap kegiatan belajar mengajar yang harus dipikirkan
dan ditetapkan lebih dahulu adalah tujuan yang hendak dicapai. Dengan
memperhatikan tujuan yang telah ditetapkan itu dapat ditentukan metode mana
yang akan digunakan dan teknik pengajaran yang bagaimana yang diterapkan agar
tujuan pembelajaran tersebut dapat dicapai. Jadi, proses belajar mengajar
ditentukan oleh tujuan yang telah ditetapkan, untuk mencapai tujuan itu
sendiri. Misalnya untuk pokok bahasan menulis, tujuan pembelajaran yang telah
ditetapkan ialah “Siswa mampu membuat karangan/cerita berdasarkan pengalaman
atau informasi dari bacaan”. Dengan berdasar pada pendekatan tujuan, maka yang
penting ialah tercapainya tujuan yakni siswa memiliki kemampuan mengarang.
Penerapan pendekatan tujuan ini sering dikaitkan
dengan “cara belajar tuntas”. Dengan “cara belajar tuntas”, berarti suatu
kegiatan belajar mengajar dianggap berhasil, apabila sedikit-dikitnya 85% dari
jumlah siswa yang mengikuti pelajaranitu menguasai minimal 75% dari bahan ajar
yang diberikan oleh guru. Penentuan keberhasilan itu didasarkan hasil tes
sumatif. Jika sekurang-kurangnya 85% dari jumlah siswa dapat mengerjakan atau
dapat menjawab dengan betul minimal 75% dari soal yang diberikan guru maka
pembelajaran dapat dianggap berhasil.
2. Pendekatan
Struktural
Pendekatan Struktural merupakan salah
satu pendekatan dalam pembelajaran bahasa yang dilandasi oleh asumsi yang
menganggap bahasa sebagai kaidah. Atas dasar anggapan tersebut timbul pemikiran
bahwa pembelajaran bahasa harus mengutamakan penguasaan kaidah-kaidah bahasa
atau tata bahasa. Oleh sebab itu, pembelajaran bahasa perlu dititik beratkan
pada pengetahuan tentang struktur bahasa yang tercakup dalam fonologi,
mofologi, dan sintaksis. Dalam hal ini pengetahuan tentang pola-pola kalimat,
pola kata, dan suku kata menjadi sangat penting. Dengan struktural, siswa akan
menjadi cermat dalam menyusun kalimat, karena mereka memahami kaidah-kaidahnya.
3. Pendekatan
Keterampilan Proses
Pendekatan keterampilan proses adalah
suatu pengelolaan kegiatan belajar mengajar yang berfokus pada pelibatan siswa
secara aktif dan kreatif dalam proses pemerolehan hasil belajar. Jadi dapat
diartikan bahwa pendekatan ketrampilan proses dalam
pembelajaran bahasa adalah pendekatan yang memberikan kesempatan
seluas-luasnya kepada siswa untuk terlibat secara aktif dan kreatif dalam
proses pemerolehan bahasa. Keterampilan proses meliputi keterampilan
intelektual, keterampilan sosial, dan keterampilan fisik. Keterampilan proses
berfungsi sebagai alat menemukan dan mengembangkan konsep.
Konsep yang telah ditemukan atau
dikembangkan berfungsi pula sebagai penunjang keterampilan proses. Interaksi
antara pengembangan keterampilan proses dengan pengembangan konsep dalam proses
belajar mengajar menghasilkan sikap dan nilai dalam diri siswa. Tanda-tandanya
terlihat pada diri siswa seperti teliti, kreatif, kritis, objektif, tenggang
rasa, bertanggung jawab, jujur, terbuka, dapat bekerja sama, rajin, dan
sebagainya.
Keterampilan proses dibangun sejumlah
keterampilan-keterampilan. Karena itu pencapainnya atau pengembangannya
dilaksanakan dalam setiap proses belajar mengajar dalam semua mata pelajaran.
Setiap mata pelajaran mempunyai karakteristik sendiri. Karena itu dalam
penjabaran keterampilan proses dapat berbeda pada setiap mata pelajaran.
Pendekatan ini merupakan
pemberian/menumbuhkan kemampuan-kemampuan dasar untuk memperoleh pengetahuan,
pengalaman, dan kemampuan yang meliputi beberapa kemampuan seperti:
a. Kemampuan mengamati
Merupakan salah satu ketrampilan yang sangat penting untuk
memperoleh pengetahuan, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalm
pengembangan ilmu pengetahuan. Pengamatan dilaksanakan denagan memanfaatkan
seluruh panca indara yang mungkin bias digunakan untuk memperhatikan hal-hal
yang diamati. Kemudian, mencatat apa yang diamati, memilih-milih bagiannya
berdasarkan criteria tertentu berdasarkan tujuan pengamatan, serta mengolah
hasil pengamatan dan menulis hasilnya.
b. Kemampuan menghitung
Salah satu kemapuan yang penting dalm
kehidupan sehari-hari.
c. Kemampuan mengukur
Dasar dari pengukuran ini adalah perbandingan. Dalam
penajaran apresiasi sastra misalnya, kegiatan pengukuran dapat berupa telaah
(kajian lebih dalam) terhadap suatu karya sastra denagan menggunakan kriteria
nilai-nilai estetika, moral, dan nilai pendidikan.
d. Kemampuan mengklasifikasi
Merupakan kemampuan mengelompokkan atau menggolongkan
sesuatu yang berupa benda, akta, informasi, dan gagasan.. pengelompokan ini
didasarkan pada karakteristik atau cirri-ciri yang sama dalam satu tujuan.
Dalam pembelajan bahasa Indonesia, kemampuan ini misalnya berupa kemampuan
membedakan antara opini dan fakta dalam suatu wacana dan mengelompokkan karya
sastra berdasarkan cirri strukturnya.
e. Kemampuan menemukan hubungan
Yang termasuk dalam kemampuan ini adalah fakta, informasi,
gagasan, pendapat, ruang, dan waktu. Kemampuan ini diwujudkan dalam kemampuan
siswa menentukan hubungan antara fakta yang terdapat dalam bacaan untuk
membangun pemahaman kritis dan kreatif terhadap bacaan.
f. Kemampuan membuat
prediksi
Kemampuan membuat prediksi atau perkiraan yang didasari
penalaran, baik dalam kehidupan sehari-hari maupun dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan. Kemampuan membuat prediksi disebut juga kemampuan menyusun
hipotesis.
g. Kemampuan melaksanakan
penelitian
Merupakan kegiatan para ilmuan dalam
kehidupan ilmiah. Namun dalam kehidupan sehari-hari kita juga perlu mengadakan
penelitian. Artinya, mengadakan pengkajian terhadap sesuatu untuk memecahkan
masalah yang kita hadapi.
Merupakan bagian dari kemampuan menagdakan penelitian. Siswa
perlu menguasai bagaimana cara-cara mengumpulkan data, baik dalam penelitian
kuantitatif maupun kualitatif. Anak-anak dilatih untuk mengumpulkan data dalam
pengamatan lapangan, kemudian meganalisis data tersebut dan membuat kesimpulan.
i. Kemampuan
mengkomunikasikan hasil
Misalnya siswa dilatih untuk menyusun laporan hasil
pengamatan, kemudian mempresentasikannya didepan kelas dalm sebuah kegiatan diskusi.
Selain itu, siswa di latih untuk menyusun laporan singkat tentang apa yang
mereka teliti untuk dipublikasikan melalui majalah sekolah atau majalah
dinding.
Keterampilan proses berkaitan dengan kemampuan. Oleh
karena itu penerapan keterampilan proses diletakkan dalam kompetensi dasar.
Keterampilan proses juga dikenali pada instruksi yang disampaikan oleh guru
kepada siswa untuk mengerjakan sesuatu.
Contoh: Kompetensi Dasar: Siswa dapat
menyusun sebuah pengumuman sebagai sarana menyampaikan informasi (keterampilan
proses yang tersirat dalam kompetensi dasar adalah mengkomunikasikan).
4. Pendekatan Whole
Language
Whole language adalah
satu pendekatan pengajaran bahasa yang menyajikan pengajaran bahasa secara
utuh, tidak terpisah-pisah (Edelsky, 1991; Froese,1990; Goodman,1986;
Weaver,1992). Whole language adalah cara untuk menyatukan
pandangan tentang bahasa, tentang pembelajaran, dan tentang orang-orang yang
terlibat dalam pembelajaran.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengertian
dari whole language adalah suatu pendekatan pembelajaran
bahasa yang didasari oleh paham constructivism.Whole language dimulai
dengan menumbuhkan lingkungan dimana bahasa diajarkan secara utuh dan
keterampilan bahasa (menyimak, berbicara, membaca, dan menulis) diajarkan
secara terpadu.
Menurut Routman (1991) dan Froese (1991) ada delapan
komponen whole language:
a) Reading Aloud
Reading aloud adalah
kegiatan membaca yang dilakukan oleh guru untuk siswanya. Guru dapat
menggunakan bacaan yang terdapat dalam buku teks atau buku cerita lainnya dan
membacakannya dengan suara keras dan intonasi yang benar sehingga setiap siswa
dapat mendengarkan dan menikmati ceritanya. Manfaat yang didapat dari reading
aloud antara lain meningkatkan keterampilan menyimak,memperkaya
kosakata, membantu meningkatkan membaca pemahaman, dan yang tidak kalah penting
adalah menumbuhkan minat baca pada siswa.
b) Jurnal Writing
Salah satu cara yang dipandang cukup
efektif untuk meningkatkan keterampilan siswa menulis adalah dengan
mengimplementasikan pembelajaran menulis jurnal atau menulis informal. Melalui
menulis jurnal, siswa dilatih untuk lancar mencurahkan gagasan dan menceritakan
kejadian di sekitarnya, menggunakan bahasa dalam bentuk tulisan. Banyak manfaat
yang diperoleh dari menulis jurnal antara lain:
- Meningkatkan kemampuan menulis
- Meningkatkan kemampuan membaca
- Menumbuhkan keberanian menghadap risiko
- Memberi kesempatan untuk membuat refleksi
- Memvalidasi pengalaman dan perasaan pribadi
- Memberikan tempat yang aman dan rahasia untuk menulis
- Meningkatkan kemampuan berpikir
- Meningkatkan kesadaran akan peraturan menulis
- Menjadi alat evaluasi
- Menjadi dokumen tertulis
c) Sustained
Silent Reading
Sustained Silent Reading adalah
kegiatan membaca dalam hati yang dilakukan siswa. Siswa dibiarkan untuk memilih
bacaan yang sesuai dengan kemampuannya sendiri sehingga mereka dapat
menyelesaikan membaca bacaan tersebut. Oleh karena itu, guru sedapat mungkin
menyediakan bahan bacaan yang menarik dari berbagai buku atau sumber sehingga
memungkinkan siswa memilih materi bacaan. Pesan yang ingin disampaikan kepada
siswa melalui kegiatan ini adalah:
a.
Membaca adalah
kegiatan penting yang menyenangkan
b.
Membaca dapat
dilakukan oleh siapapun
c.
Membaca berarti
kita berkomunikasi dengan pengarang buku tersebut
d.
Siswa dapat
membaca serta dapat berkonsentrasi pada bacaannya dalam waktu yang cukup lama
e.
Guru percaya
bahwa siswa memahami apa yang mereka baca
f.
Siswa dapat
berbagi pengetahuan yang menarik dari materi yang dibacanya setelah kegiatan
SSR berakhir
d) Shared Reading
Shared Reading adalah
kegiatan membaca bersama antara guru dan siswa, dimana setiap orang mempunyai
buku yang sedang dibacanya. Kegiatan ini dapat dilakukan baik di kelas rendah
maupun di kelas tinggi. Disini guru lebih berperan sebagai model dalam membaca.
Ada beberapa cara melakukan kegiatan
ini:
a.
Guru membaca
dan siswa mengikutinya (untuk kelas rendah)
b.
Guru membaca
dan siswa menyimak sambil melihat bacaan yang tertera pada buku
c.
Siswa membaca
bergiliran
Maksud kegiatan ini adalah:
a.
Sambil melihat
tulisan, siswa berkesempatan untuk memperhatikan guru membaca sebagai
model
b.
Memberikan
kesempatan untuk memperlihatkan keterampilan membacanya
c.
Siswa yang
masih kurang terampil dalam membaca mendapat contoh membaca yang benar
e) Guided
Reading
Guided reading disebut
juga membaca terbimbing, guru menjadi pengamat dan fasilitator. Dalam membaca
terbimbing penekanannya bukan dalam cara membaca itu sendiri,
tetapi lebih pada membaca pemahaman. Dalam guided reading semua
siswa membaca dan mendiskusikan buku yang sama. Guru melemparkan pertanyaan
yang meminta siswa menjawab dengan kritis, bukan sekedar pertanyaan pemahaman.
f) Guided
Writing
Guided Writing atau
menulis terbimbing, peran guru adalah sebagai fasilitator, membantu siswa
menemukan apa yang ingin ditulisnya dan bagaimana menulisnya dengan jelas,
sistematis, dan menarik. Guru bertindak sebagai pendorong bukan pengatur,
sebagai pemberi saran bukan pemberi petunjuk. Contoh kegiatan ini seperti
memilih topik, membuat draf, memperbaiki, dan mengedit yang dilakukan sendiri
oleh siswa.
g) Independent
Reading
Independent Reading atau
membaca bebas adalah kegiatan membaca, dimana siswa berkesempatan untuk
menentukan sendiri materi yang ingin dibacanya. Membaca bebasmerupakan bagian
integral dari whole language. Dalam independent reading,
siswa bertanggung jawab terhadap bacaan yang dipilihnya sehingga peran guru pun
berubah dari seorang pemrakarsa, model, dan pemberi tuntunan menjadi seorang
pengamat, fasilitator, dam pemberi respon.
h) Independent
Writing
Independent Writing atau
menulis bebas bertujuan untuk meningkatkan kemampuan menulis, meningkatkan
kebiasaan menulis, dan meningkatkan kemampuan berpikir kritis. Siswa mempunyai
kesempatan untuk menulis tanpa ada intervensi dari guru. Siswa bertanggung
jawab sepenuhnya dalam proses menulis. Jenis menulis yang termasuk independent
writing antara lain menulis jurnal dan menulis respons.
Ciri-ciri kelas whole language
Ada tujuh ciri yang menandakan
kelas whole language:
- Kelas yang menerapkan whole language penuh dengan barang cetakan (dinding, pintu, dan furniture).
- Siswa belajar melalui model atau contoh. Disini guru berperan sebagai model, guru menjadi contoh perwujudan bentuk aktivitas berbahasa yang ideal.
- Siswa bekerja dan belajar sesuai dengan tingkat kemampuannya.
- Siswa berbagi tanggung jawab dalam pembelajaran.
- Siswa terlibat aktif dalam pembelajaran bermakna.
- Siswa berani mengambil risiko dan bebas bereksperimen
- Siswa mendapat balikan (feedback) positif baik dari guru maupun temannya.
Penilaian dalam kelas whole language
Di dalam kelas whole language,
guru senantiasa memperhatikan kegiatan yang dilakukan siswa. Secara informal
selama pembelajaran berlangsung guru memperhatikan siswa menulis, mendengarkan,
berdiskusi baik dalam kelompok ataupun diskusi kelas. Penilaian juga
berlangsung ketika siswa dan guru mengadakan konferensi, alat penilaiannya
seperti observasi dan catatan anecdote. Selain penilaian informal, penilaian
dilakukan dengan portofolio. Portofolio adalah kumpulan hasil kerja siswa
selama kegiatan pembelajaran. Dengan portofolio perkembangan siswa dapat
terlihat secara otentik.
5. Pendekatan
Kontekstual
Pendekatan konstektual merupakan suatu
konsep belajar dimana guru menghadirkan situasi dunia nyata kedalam kelas dan
mendorong siswa membuat membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya
dengan penerapannya dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat.
Hasil pembelajaran diharapkan lebih bermakna bagi anak untuk memecahkan
persoalan, berpikir kritis dan melaksanakan observasi serta menarik kesimpulan
dalam kehidupan jangka panjangnya. Dalam konteks itu, siswa perlu mengerti apa
makna belajar, apa manfaatnya, dalam status apa mereka dan bagaimana
mencapainya.
Kontekstual merupakan strategi
pembelajaran. Seperti halnya strategi pembelajaran yang lain, konstektual
dikebangkan dengan tujuan agar pembelajaran berjalan lebih produktif dan
bermakna. Pendekatan konstektual dapat dijalankan tanpa harus mengubah
kurikulum dan tatanan yang ada. Dalam pendekatan ini dilibatkan tujuh komponen
utama pembelajaran efektif yaitu: konstruktivisme, bertanya, menemukan,
masyarakat belajar, pemodelan, refleksi, dan asesmen autentik.
Definisi yang mendasar tentang
pembelajaran kontekstual (Contextual Teaching and Learning) adalah konsep
belajar dimana guru menghadirkan dunia nyata kedalam kelas dan mendorong siswa
membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya dalam
kehidupan mereka sehari-hari; sementara siswa memperoleh pengetahuan dan
keterampilannya dari konteks yang terbatas, sedikit demi sedikit, dan dari
proses mengkontruksi sendiri, sebagai bekal untuk memcahkan masalah dalam
kehidupannya sebagai anggota masyarakat.
Johnson (dalam Nurhadi, 2004:13-14)
mengungkapakan bahwa karakteristik pendekatan kontekstual memiliki delapan
komponen utama yaitu:
- Memiliki hubungan yang bermakna
- Melakukan kegiatan yang signifikan
- Belajar yang diatur sendiri
- Bekerja sama
- Berfikir kritis dan kreatif
- Mengasuh dan memelihara pribadi peserta didik
- Mencapai standar yang tinggi
- Menggunakan penilaian autentik.
·
Penerapan Pendekatan Kontekstual di Kelas
Langkah-langkah penerapan kontekstual
di kelas yaitu sebagai berikut:
a.
Mengembangkan
pemikiran bahwa peserta didik akan belajar lebih bermakna dengan cara bekerja
sendiri, menemukan sendiri, dan mengkonstruksi sendiri pengetahuan dan
keterampilan bertanya (komponen konstruktivisme)
b.
Melaksanakan
kegiatan menemukan sendiri untuk mencapai kompetensi yang diinginkan (komponen
inkuiri)
c.
Mengembangkan
sifat ingin tahu peserta didik dengan bertanya (komponen bertanya)
d.
Menciptakan
masyarakat belajar, kerja kelompok (komponen masyarakat belajar)
e.
Menghadirkan
model sebagai contoh pembelajaran (komponen pemodelan)
f.
Melakukan
refleksi di akhir pertemuan, agar peserta didik merasa bahwa hari ini mereka
belajar sesuatu (komponen refleksi)
g.
Melakukan
penilaian yang autentik dari berbagai sumber dan cara (komponen asesmen
autentik)
6. Pendekatan
Komunikatif
Pendekatan komunikatif adalah suatu
pendekatan yang bertujuan untuk membuat kompetensi komunikatif sebagai tujuan
pembelajaran bahasa, juga mengembangkan prosedur-prosedur bagi pembelajaran
empat keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, berbicara, dan menulis),
mengakui dan menghargai saling ketergantungan bahasa.
Pendekatan komunikatif merupakan
pendekatan yang berlandaskan pada pemikiran bahwa kemampuan menggunakan bahasa
dalam berkomunikasi merupakan tujuan yang harus dicapai dalam pembelajaran
bahasa. Jadi pembelajaran yang komunikatif adalah pembelajaran bahasa yang
memungkinkan peserta didik memiliki kesempatan yang memadai untuk mengembangkan
kebahasaan dan menunjukkan dalam kegiatan berbahasa baik kegiatan produktif
maupun reseptif sesuai dengan situasi nyata, bukan situasi buatan yang terlepas
dari konteks.
Ciri-ciri utama pendekatan pembelajaran
komunikatif ada dua kegiatan yang saling berkaitan yakni adanya
kegiatan-kegiatan:
1) Komunikasi Fungsional
Terdiri atas empat yakni: mengolah
informasi, berbagi dan mengolah informasi, berbagi informasi dengan
kerja sama terbatas, dan berbagi informasi dengan kerja sama tak terbatas.
2) Kegiatan yang sifatnya interaksi
sosial.
Terdiri dari 6 hal yakni: improvisasi,
lakon-lakon pendek yang lucu, aneka simulasi (bermain peran), dialog dan
bermain peran, siding-sidang konversasi dan diskusi, serta berdebat.
Ciri-ciri pendekatan pembelajaran
komunikatif, Menurut Brumfit dan Finocchiaro ciri-ciri pendekatan komunikatif
yaitu:
1.
Makna merupakan
hal yang terpenting
2.
Percakapan
harus berpusat di sekitar fungsi komunikatif dan tidak dihafalkan secara normal
3.
Kontekstualisasi
merupakan premis pertama
4.
Belajar bahasa
berarti belajar berkomunikasi
5.
Komunikasi
efektif dianjurkan
6.
Latihan atau
drill diperbolehkan
7.
Ucapan yang
dapat dipahami diutamakan
8.
Setiap alat
bantu peserta didik diterima dengan baik
9.
Segala upaya
untuk berkomunikasi dapat didorong sejak awal
10.
Penggunaan
bahasa secara bijaksana dapat diterima bila memang layak
11.
Terjemaah
digunakan jika diperlukan peserta didik
12.
Membaca dan menulis
dapat dimulai sejak awal
13.
Sitem bahasa
dipelajari melalui kegiatan berkomunikasi
14.
Komunikasi
komunikatif merupakan tujuan
15.
Variasi
linguistik merupakan konsep inti dalam materi dan metodologi
16.
Urutan
ditentukan berdasarkan pertimbangan isi, fungsi, atau makna untuk memperkuat
minat belajar
17.
Guru mendorong
peserta didik agar dapat bekerja sama dengan menggunakan bahasa itu
18.
Bahasa
diciptakan oleh peserta didik melalui mencoba dan mencoba
19.
Kefasihan dan
bahasa yang berterima merupakan tujuan utama
20.
Peserta didik
diharapkan dapat berinteraksi dengan orang lain melalui kelompok atau pasangan,
lisan dan tulis
21.
Guru tidak bisa
meramal bahasa apa yang akan digunakan peserta didiknya.
22.
Motivasi intrinsik
akan timbul melalui minat terhadap hal-hal yang dikomunikasikan.
Pendekatan komunikatif berorientasi
pada proses belajar-mengajar bahasa berdasarkan tugas dan fungsi berkomunikasi.
Prinsip dasar pendekatan komunikatif ialah: a) materi harus terdiri dari bahasa
sebagai alat komunikasi, b) desain materi harus menekankan proses
belajar-mengajar dan bukan pokok bahasan, dan c) materi harus memberi dorongan
kepada pelajar untuk berkomunikasi secara wajar ( Siahaan dalam Pateda,
1991:86).
Dalam pendekatan komunikatif, yang
menjadi acuan adalah kebutuhan si terdidik dan fungsi bahasa. Pendekatan
komunikatif berusaha membuat si terdidik memiliki kecakapan berbahasa. Dengan
sendirinya, acuan pokok setiap unit pelajaran ialah fungsi bahasa dan bukan
tata bahasa. Dengan kata lain, tata bahasa disajikan bukan sebagai tujuan
akhir, tetapi sarana untuk melaksanakan maksud komunikasi.
Strategi belajar-mengajar dalam
pendekatan komunikatif didasarkan pada cara belajar siswa/mahasiswa aktif, yang
sekarang dikenal dengan istilah Student Centered Learning (SCL). Cara
belajar aktif merupakan perkembangan dari teori Dewey Learning by Doing
(1854—1952) (lihat Pannen, dkk.2001:42). Dewey sangat tidak setuju dengan rote
learning ‘belajar dengan menghafal’. Dewey menerapkan prinsip-prinsip learning
by doing, yaitu siswa perlu terlibat dalam proses belajar secara spontan /
siswa terlibat secara aktif dalam proses belajar-mengajar.Ø Strategi
Pembelajaran Bahasa Indonesia berdasarkan Pendekatan Komunikatif.
Strategi merupakan sebuah rencana yang
cermat mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Beberapa komponen yang
terdapat dalam strategi adalah:
a) Tujuan
Untuk mengembangkan kompetensi
komunikatif para pembelajar bahasa yang mencakup kemampuan menafsirkan bentuk-bentuk
linguistik.
b) Materi
Menurut Tarigan(dalam
Solchan,dkk.2001:6.42) ada tiga jenis materi yang di pakai dala pembelajaran
bahasa denagn pendekatan komunikatif yakni materi yang berdasarkan teks, materi
berdasarkan tugas, dan meteri berdasarkan realita.
c) Metode
d) Teknik
e) Media
Media pembelajaran yang sering kita
kenal adalah replika,gambar, duplikat, planel, kertas karton, radio, video,
dsb.
f) Evaluasi
Dalam pembelajaran bahasa sebenarnya
ada tiga tes yang dapat di gunakan yaitu tes distrik, tes integratif, dan tes
pragmatik. Namun pada pendekatan konunikatif, tes yang cocok untuk di gunakan
adalah tes integratif dan tes pragmatif. Yang termasuk tes integratif: menyusun
kalimat, menafsirkan wacana yang dibaca atau didengar, memahami bacaan yang
didengar atau dibaca. Dan menyusun kalimat yang disediakan. Sedangkan yang
termasuk tec pragmatif: dikte, berbicara, paraphrase, dan menjawab
pertanyaan.
7. Pendekatan
CBSA
· Pengertian
pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif )
Pengertian CBSA dapat diartikan sebagai
anutan pembelajaran yang mengarah kepada pengotimalisasian pelibatan
intelektual-emosianal siswa dalam proses pembelajaran, dengan pelibatan fisik
siswa apabila diperlukan.
Pelibatan intelektual-emosional/ fisik
siswa optimalisasi dalam pembelajran , diarahkan untuk membelajarkan siswa
bagaimana belajar memperoleh dan memproses pemerolehan belajarnya tentang
pengetahuan, keterampilan, sikap, dan nilai. Keaktifan dalam pendekatan CBSA
menunjuk kepada keaktifan mental, baik intelektual maupun emosional, meskipun
untuk merealisasikan dalam banyak hal dipersyaratkan atau dibutuhkan
keterlibatan langsung dalam berbagai bentuk keaktifan fisik.
· Konsep dan
Prinsip Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA)
merupakan istilah yang bermakna sama dengan Student Active Learning (SAL).
Dalam dunia pendidikan dan pengajaran termasuk bahasa Indonesia dan bahasa
indonesia, CBSA bukanlah hal yang baru. Bahkan beberapa teori menunjukkan bahwa
CBSA merupakan tuntutan logis dari hakikat pembelajaran yang sebenarnya. Hampir
tidak mungkin terjadi proses pembelajaran yang tidak memerlukan keterlibatan
siswa di dalamnya.
Sebagai suatu konsep, CBSA adalah suatu
proses pembelajaran yang subjek didiknya terlibat secara fisik,
mental-intelektual, maupun sosial dalam memahami ide-ide dan konsep-konsep
pembelajaran (Ahmadi, 1991). Dengan kata lain, arah pembelajaran CBSA mengacu
pada siswa atau “student oriented” yang bermakna pembentukan sejumlah
keterampilan untuk membangun pengetahuan sendiri baik melalui proses asimilasi
maupun akomodasi. Dalam proses pembelajaran yang seperti ini, siswa dipandang
sebagai objek dan sekaligus sebagai subjek.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa CBSA adalah salah satu strategi pembelajaran yang menuntut
aktivitas atau partisipasi peserta didik seoptimal mungkin sehingga mereka
mampu mengubah tingkah lakunya dalam proses internalisasi secara lebih efektif
dan efisien.
Ada beberapa prinsip belajar yang dapat
digunakan dalam menunjang tumbuhnya CBSA di dalam pembelajaran (Ahmadi, 1991),
yaitu:
a. motivasi belajar siswa,
Motivasi belajar merupakan prinsip
utama dalam CBSA. Tanpa adanya motivasi, hasil belajar yang dicapai siswa tidak
akan optimal. Oleh karena itu, peranan guru dalam mengembangkan motivasi
belajar ini sangat diperlukan sekali. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan
guru untuk menumbuhkan motivasi belajar siswa dalam CBSA, antara lain melalui
penggunaan metode atau cara belajar yang bervariasi, mengadakan pengulangan
informasi, menggunakan media dan alat bantu yang bervariasi, memberikan
pertanyaan-pertanyaan pengiring atau pelacak, dan lain-lain.
b. pengetahuan prasyarat,
Bahasa indonesia bersifat hirarkis.
Untuk menguasai suatu materi atau topik bahasa indonesia, peserta didik harus
menguasai terlebih dahulu materi-materi sebelumnya yang terkait baik langsung
maupun tidak langsung dengan materi yang akan dipelajari tersebut. Oleh karena
itu, tugas guru adalah menyelidiki pengetahuan, keterampilan, dan pengalaman
yang telah dimiliki siswa untuk mempelajari suatu materi. Dengan cara demikian,
siswa akan lebih siap untuk memahami materi yang akan dipelajarinya
c. tujuan yang akan dicapai,
Pembelajaran yang terencana dengan baik
akan memberikan hasil yang baik pula. Perencanaan pembelajaran ini biasanya
diwujudkan dalam perumusan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Tujuan inilah
yang menjadi pedoman bagi guru dalam menentukan keluasan dan kedalaman materi.
d. hubungan sosial,
Dalam belajar siswa perlu dilatih untuk
bekerja sama dengan teman-temannya agar konsep-konsep yang sulit dipahami oleh
siswa secara mandiri akan menjadi lebih mudah jika dipelajari secara
berkelompok. Latihan bekerja sama ini juga bermanfaat dalam proses pembentukan
kepribadian siswa terutama sikap sosialnya.
e. belajar sambil bekerja,
Pada hakikatnya anak belajar sambil
bekerja. Semakin banyak aktivitas fisik siswa, akan semakin berkembang pula
kemampuan berpikir siswa. Apa yang diperoleh siswa dalam pembelajaran yang banyak
melibatkan aktivitas fisiknya, akan lebih lama mengendap dalam memori siswa.
Siswa akan bergembira dalam belajar apabila diberi kesempatan yang
sebanyak-banyaknya dalam bekerja. Oleh karena itu, prinsip belajar sambil
bekerja ini merupakan prinsip yang paling banyak mewarnai CBSA.
f. perbedaan individu,
Setiap anak memiliki karakteristik
tersendiri, misalnya dalam kemampuan, kebiasaan, minat, latar belakang
keluarga, dan lain-lain. Dalam pembelajaran, guru sebaiknya dapat memperhatikan
perbedaan individu pada anak didiknya. Guru tidak boleh memperlakukan semua
anak dengan cara yang sama, walaupun tidak semua perbedaan anak dapat
diakomodasi.
g. menemukan,
Menemukan merupakan prinsip yang harus
banyak mewarnai CBSA. Dalam CBSA, siswa harus diberi kesempatan yang
seluas-luasnya untuk mencari dan menemukan sendiri informasi-informasi yang ada
di dalam pembelajaran. Dengan cara demikian, siswa akan merasa lebih
bersemangat dalam belajar dan belajar menjadi pekerjaan yang tidak membosankan
bagi siswa.
h. pemecahan masalah.
Pembelajaran akan lebih terarah apabila
dimulai dengan permasalahan yang harus dipecahkan siswa. Situasi yang
menghendaki siswa harus memecahkan masalah ini akan mendorong siswa untuk dapat
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara maksimal.
C.
Langkah - Langkah Menetapkan Pendekatan Dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia
Serta Manfaatnya
Karakteristik bahasa Indonesia adalah
ciri khas atau sifat pembelajaran bahasa Indonesia sebagai sebuah ilmu. Adapun
langkah-langkah karakteristik pembelajaran bahasa Indonesia adalah bersifat
kontekstual, bersifat komunikatif, bersifat sistematis, menantang pembelajar
untuk memecahkan masalah-masalah nyata, membawa pembelajar ke arah pembelajaran
yang aktif, dan penyusunan bahan pembelajaran dilakukan oleh guru sesuai dengan
minat dan kebutuhan pembelajaran, itu adalah salah satu langkah awal dalam
menetapkan pendekatan pembelajaran bahasa indonesia.
Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia
pada dasarnya tergolong ke dalam 3 jenis tujuan, yaitu tujuan afektif,
kognitif, dan psikomotorik. Tujuan afektif berkaitan dengan penanaman rasa
bangga dan menghargai bahasa Indonesia sebagai sarana komunikasi. Tujuan
kognitif berkaitan dengan proses pemahaman bentuk, makna, dan fungsi bahasa
Indonesia. Tujuan psikomotorik berkaitan dengan kemampuan menggunakan bahasa
Indonesia untuk berbagai kepentingan.
Fungsi pembelajaran bahasa Indonesia dapat digolongkan ke
dalam 2 jenis, yaitu fungsi instrumentatif dan fungsi intrinsik. Fungsi
instrumentatif adalah fungsi pembelajaran bahasa Indonesia sebagai sarana
komunikasi. Fungsi intrinsik adalah fungsi pembelajaran bahasa Indonesia
sebagai proses pembinaan dan pengembangan bahasa Indonesia.
Manfaat pembelajaran bahasa Indonesia
dapat bersifat praktis dan strategis. Adapun yang menjadi manfaat pembelajaran
bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan komunikasi, pembentuk perilaku
positif, sarana pengembang ilmu pengetahuan, sarana memperoleh ilmu
pengetahuan, sarana pengembang nilai norma kedewasaan, sarana ekspresi imajinatif;
sarana penghubung dan pemersatu masyarakat Indonesia, dan sarana transfer
kultural.
Langkah-langkah pembelajaran (siswa
melakukan wawancara):
·
Guru Memberi
Contoh Sebuah Teks Wawancara
·
Guru
Mengarahkan Kegiatan Siswa Dan Menjelaskan Sopan Santun Berwawancara
·
Murid
Merencanakan Wawancara : Menetapkan Topik Dan Nara Sumber
·
Murid Menyusun
Pertanyaan (Pedoman) Untuk Wawancara
·
Guru Mengundang
Nara Sumber Atau Menyuruh Siswa Mendatangi Nara Sumber
·
Murid Berbagi
Tugas Dalam Kelompoknya : Pewawancara, Penulis, Dan Pengamat
·
Murid
Menyusun Laporan Hasil Wawancara
BAB III
P E N U T U P
A. Kesimpulan
Dari uraian diatas, dapat disimpulkan
bahwa pendekatan merupakan seperangkat asumsi yang aksiomatik tentang hakikat
bahasa, pengajaran dan belajar bahasa yang dipergunakan sebagai landasan
dalam merancang, melaksanakan dan menilai proses belajar-mengajar bahasa.
Dalam pembelajaran bahasa Indonesia
kelas rendah terdapat berbagai jenis pendekatan. Pendekatan itu diantaranya
pendekatan tujuan, pendekatan komunikatif, pendekatan ketrampilan proses,
pendekatan struktural, pendekatan whole language, pendekatan kontekstual,
pendekatan pragmatif, pendekatan CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif), pendekatan
spiral, pendekatan lintas materi. Tujuan seorang guru dalam mengajar
menggunakan pendekatan adalah, agar siswa aktif dan kreatif dalam kegiatan
belajar. Dengan menggunakan pendekatan diharapkan mampu memberikan pengetahuan,
pengalaman, serta keterampilan dalam memperoleh serta mengembangkan kompetensi
bahasa yang dipelajari, hal ini adalah bahasa Indonesia.
Manfaat pembelajaran bahasa Indonesia
dapat bersifat praktis dan strategis. Adapun yang menjadi manfaat pembelajaran
bahasa Indonesia adalah meningkatkan kemampuan komunikasi, pembentuk perilaku
positif, sarana pengembang ilmu pengetahuan, sarana memperoleh ilmu
pengetahuan, sarana pengembang nilai norma kedewasaan, sarana ekspresi
imajinatif; sarana penghubung dan pemersatu masyarakat Indonesia, dan sarana
transfer kultural.
B. Saran
Pendekatan yang diterapkan yang sesuai
dengan pembelajaran akan mempermudah guru maupan siswa dalam memberi materi
serta menangkap atau menerima meteri yang telah disampaikan, sehingga akan
memperlancar proses belajar mengajar di sekolah.
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati
& Mudjiono. (2002). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rieneka
Cipta.
Hamalik, O. 2003. Proses Belajar Mengajar. Bandung:
Bumi Aksara.
Haryadi dan Zamzami. 1996. Peningkatan Keterampilan
Berbahasa Indonesia. Jakarta: Depdikbud-Dikti.
Moedjiono dan Moh. Dimyati. 1992/ 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
DEPDIKBUD
Pannen, Paulina dkk. 2001. Mengajar di Perguruan
Tinggi: Konstrukktivisme dalam Pembelajaran. Jakarta: Direktorat
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional.
Santoso, Puji, dkk. 2008. Materi
dan Pembelajaran Bahasa Indonesia SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Solehan, T.W, dkk. 2001. Hakikat Pendekatan,
Prosedur, dan Strategi Pembelajaran Bahasa Indonesia Berdasarkan Pendekatan
Komunikatif- Sistem Pembelajaran Bahasa Indonesia (Modul UT). Jakarta.
Pusat Penerbitan UT.
Sumantri, Mulyani dan Johar Permana.1998/ 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta:
DEPDIKBUD
Tarigan, Djago, dkk. 2003. Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah. Jakarta: Universitas
Terbuka.
Widjono Hs. 2005. Bahasa Indonesia: Mata Kuliah
Pengembangan Kepribadian di Perguruan Tinggi. Jakarta: Grasindo.
V
http://profesormakalah.blogspot.co.id/2015/01/pendekatan-dalam-pembelajaran-bahasa.html
Kata
Pengantar
Alhamdulillahirabbil‘alamin,
tiada kata lain yang patut untuk kami ungkapkan selain ucapan syukur kepada
Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, kesehatan dan kemampuan kepada kami
sehingga tugas makalah ini dapat selesai dengan baik dan tepat pada waktunya.
Shalawat
dan salam semoga selalu dilimpahkan kepada baginda Muhammad SAW., para sahabat
dan seluruh keluarga beliau serta para pengikut beliau hingga akhir zaman.
Selama
penyusunan makalah ini, penulis telah mendapat bantuan dari berbagai
pihak,Serta ucapan terima kasih juga penulis persembahkan kepada semua pihak
yang baik secara langsung ataupun tidak langsung ikut terlibat dalam
penyelesaian makalah ini.
Akhirnya, mohon maaf apabila terdapat kesalahan dan
kekhilafan.kami mohon saran dan kritik yang sifatnya membangun guna lebih
menyempurnakan makalah-makalah kami selanjutnya.
Makassar, 27 Maret 2013
Muhammad Tasbillah
BAB
I
PEMBAHASAN
A. Latar Belakang
Di
era globalisasi seperti ini semua aspek kehidupan dituntut untuk terus maju dan
berkembang dengan cepat. Peningkatan kualitas sumber daya manusia di Indonesia
terus diupayakan dan dikembangkan seiring dengan perkembangan jaman yang semakin
global. Peningkatan sumber daya manusia juga berpengaruh terhadap dunia
pendidikan. Pendidikan merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya
manusia harus bisa berperan aktif dalam meningkatkan kualitas dan juga
kuantitas. Upaya pengembangan tersebut harus sesuai dengan proses pengajaran
yang tepat agar anak didik dapat merima didikan dengan baik.
Dewasa
ini, proses belaja mengajar di sekolah baik SD, SMP, maupun SMA masih
menggunakan paradigma lama, yaitu didominasi oleh peran dan kegiatan guru,
dimana guru yang lebih aktif dalam mengajar daripada peserta didiknya. Peserta
didik hanya mendengarkan penjelasan yang guru sampaikan. Peserta didik cendrung
tidak diajak untuk mengetahui dan memahami peristiwa dan konsep mengenai materi
fisika kurrang dikuasai oleh peserta didik dan peserta didik pun lambat dalam
memahami materi pembelajaran fisika
Dalam
kegiatan belajar mengajar sangat diperlukannya interaksi antara guru dan murid
yang memiliki tujuan. Agar tujuan ini dapat tercapai sesuai dengan target dari
guru itu sendiri, maka sangatlah perlu terjadi interaksi positif yang terjadi
antara guru dan murid. Dalam interaksi ini, sangat perlu bagi guru untuk
membuat interaksi antara kedua belah pihak berjalan dengan menyenangkan dan
tidak membosankan. Hal ini selain agar mencapai target dari guru itu sendiri,
siswa juga menjadi menyenangkan dalam kegiatan belajar mengajar, serta lebih
merasa bersahabat dengan guru yang mengajar.
Sehingga
dalam mengajar diperlukan pendekatan dalam pembelajaran , pendidik harus
pandai menggunakan pendekatan secara arif dan bijaksana. Pandangan guru
terhadap anak didik akan menentukan sikap dan perbuatan.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Pendekatan dalam
Pembelajaran
Interaksi dalam pembelajaran adalah bagaimana Cara guru dapat
meningkatkan motivasi belajar dari siswa. Hal ini berkaitan dengan strategi apa
yang dipakai oleh guru, bagaimana guru melakukan pendekatan terhadap siswanya.
Dalam sebuah pembelajaran yang baik guru berperan sebagai pembimbing dan
fasilitator. Dalam peranannya sebagai pembimbing, guru berusaha menghidupkan
dan memberikan motivasi agar terjadi proses interaksi yang kondusif. Guru
sebagai fasilitator, guru berusaha memberikan fasilitas yang baik melalui
pendekatan-pendekatan yang dilakukan.
Proses interaksi pembelajaran yang mampu meningkatkan
hasil belajar pada siswa ialah bagaimana Cara guru
melakukan pendekatan yang sesuai dengan karakter pembelajaran.
Pendekatan (approach) pembelajaran fisika
adalah Cara yang ditempuh guru dalam pelaksanaan agar konsep yang
disajikan bisa beradaptasi dengan sisiwa. Pendekatan pembelajaran dapat
diartikan juga sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu.
Dilihat dari pendekatannya,
pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan,
yaitu:
1. Pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada siswa
(student centered approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru
melakukan pendekatan dengan memberikan kesempatan kepada siswa untuk berperan
aktif dalam proses pembelajaran.
2. Pendekatan pembelajaran
yang berorientasi atau berpusat pada guru (teacher centered
approach), dimana pada pendekatan jenis ini guru
menjadi subjek utama dalam proses pembelajaran.
B. Fungsi Pendekatan dalam Pembelajaran
Fungsi pendekatan bagi suatu pembelajaran adalah :
1. Sebagai pedoman umum dalam menyusun
langkah-langkah metode pembelajaran yang akan digunakan.
2. Memberikan garis-garis rujukan untuk perancangan
pembelajaran.
3. Menilai hasil-hasil pembelajaran yang telah
dicapai.
5. Menilai hasil penelitian dan pengembangan yang telah
dilaksanakan.
C. Jenis-Jenis Pendekatan dalam
Pembelajaran
1. Pendekatan Individual
Pendekatan individual merupakan pendekatan langsung
dilakukan guru terhadap anak didiknya untuk memecahkan kasus anak didiknya
tersebut. Pendekatan individual mempunyai arti yang sangat penting bagi
kepentingan pengajaran. Pengelolaan kelas sangat memerlukan pendekatan
individual ini. Pemilihan metode tidak bisa begitu saja mengabaikan kegunaan
pendekatan individual, sehingga guru dalam melaksanakan tugasnya selalu saja
melakukan pendekatan individual terhadap anak didik di kelas. Persoalan
kesulitan belajar anak lebih mudah dipecahkan dengan menggunakan pendekatan
individual, walaupun suatu saat pendekatan kelompok diperlukan.
Pembelajaran individual merupakan salah satu Cara guru untuk
membantu siswa membelajarkan siswa, membantu merencanakan kegiatan belajar
siswa sesuai dengan kemampuan dan daya dukung yang dimiliki siswa. Pendekatan
individual akan melibatkan hubungan yang terbuka antara guru dan siswa, yang
bertujuan untuk menimbulkan perasaan bebas dalam belajar sehingga terjadi
hubungan yang harmonis antara guru dengan siswa dalam belajar. Untuk mencapai
hal itu, guru harus melakukan hal berikut ini:
a. Mendengarkan secara simpati dan
menanggapi secara positif pikiran anak didik dan membuat hubungan saling
percaya.
b. Membantu anak didik dengan pendekatn
verbal dan non-verbal.
c. Membantu anak didik tanpa harus
mendominasi atau mengambil alih tugas.
d. Menerima perasaan anak didik
sebagaimana adanya atau menerima perbedaannya dengan penuh perhatian.
e. Menanggani anak didik dengan memberi
rasa aman, penuh pengertian, bantuan, dan mungkin memberi beberapa alternatif
pemecahan.
Ciri-ciri pendekatan individual :
a. Guru melakukan pendekatan secara
pribadi kepada setiap siswa di kelas dan memberikan kesempatan kepada anak
didik sebagai individu untuk akatif, kreatif, dan mandiri dalam belajar.
b. Guru harus peka melihat perbedaan
sifat-sifat dari semua anak didik secara individual.
c. Guru lebih berperan sebagai
fasilitator dan pembimbing di kelas. Para peserta didik dapat lebih terkontrol
mengenai, bagaimana dan apa yang mereka pelajari.
d. Guru harus mampu mennyajikan
pelajaran yang menarik di depan kelas. Menarik dalam pengertian mengasyikkan,
mudah ditangkap dan dipahami serta tidak membosankan siswa. Pengajaran
individual dilakukan untuk membantu siswa dalam menuntaskan belajar mereka.
Oleh karena itu, pendekatan individual dapat
mengefektifkan proses belajar mengajar, interaksi guru dan siswa berjalan
dengan baik, dan terjadinya hubungan pribadi yang menyenangkan antara siswa dan
guru. Secara tidak langsung hal yang disebut diatas merupakan keuntungan dari
pengajaran dengan pendekatan individual. Keuntungan dari pengajaran pendekatan
individual yaitu:
a. Memungkin siswa yang lama dapat maju
menurut kemampuannya masing-masing secara penuh dan tepat.
b. Mencegah terjadinya ilusi dalam
kemajuan tetapi bersifat nyata melalui diskusi kelompok.
c. Mengarahkan perhatian siswa terhadap
hasil belajar perorangan.
d. Memusatkan pengajaran terhadap mata
ajaran dan pertumbuhan yang bersifat mendidik, bukan kepada tuntutan-tuntutan
guru.
e. Memberi peluang siswa untuk maju
secara optimal dan mengembangkan kemampuan yang dimilikinya.
f. Latihan-latihan tidak diperlukan
bagi anak yang cerdas, karena dapat menimbulkan kebiasaan dan merasa puas
dengan hasil belajar yang ada.
g. Menumbuhkan hubungan pribadi yang
menyenangkan siswa dan guru.M
h. emberi kesempatan bagi para siswa
yang pandai untuk melatih inisiatif berbuat yang lebih baik.
i. Mengurangi hambatan dan mencegah
eliminasi terhadap para siwa yang tergolong lamban.
Sedangkan kelemahan pembelajaran pendekatan individual
sebagai berikut dapat dilihat secara umum dan khusus. Kelemahan secara umum:
a. Proses pembelajaran relative memakan
banyak waktu sesuai dengan jumlah bahan yang dihadapi dan jumlah peserta didik.
b. Motivasi siswa mungkin sulit
dipertahankan karena perbedaan-perbedaan individual yang dimiliki oleh peserta
didik sehingga dapat membuat beberapa siswa rendah diri/minder dalam
pembelajaran.
c. Adanya penggunaan pasangan guru dan
siswa dalam manajemen kelas regular secara perorangan, sehingga terjadi
kemungkinan sebagaian peserta didik tidak dapat dikelola dengan baik.
d. Guru-guru yang sudah terbiasa dengan Cara-cara lama
akan mengalami hambatan untuk menyelenggarakan pendekatan ini karena menuntut
kesabaran dan penguasaan materi secara lebih luas dan menyeluruh.
2. Pendekatan Kelompok
Dalam kegiatan belajar mengajar terkadang ada juga
guru yang menggunakan pendekatan lain, yakni pendekatan kelompok. Pendekatan
kelompok memang suatu waktu diperlukan dan pelu digunakan untuk membina
dan mengembangkan sikap sosial anak didik. Hal ini disadari bahwa anak didik
adalah sejenis makhluk homo secius, yakni makhluk yang berkecendrungan untuk
hidup bersama.
Dengan pendekatan kelompok, diharapkan dapat ditumbuh
kembangkan rasa sosial yang tinggi pada diri setiap anak didik. Mereka dibina
untuk mengendalikan rasa egois yang ada dalam diri mereka masing-masing,
sehingga terbina sikap kesetiakawanan sosial dikelas. Tentu saja sikap ini pada
hal-hal yang baik saja. Mereka sadar bahwa hidup ini saling ketergantungan,
seperti ekosistem dalam mata rantai kehidupansemua makhluk hidup di dunia.
Tidak ada makhluk hidup yang terus menerus berdiri sendiri tanpa keterlibatan
makhluk lain, langsung atau tidak langsung, disadari atau tidak, makhluk lain
itu ikut ambil bagian dalam kehidupan makhluk tertentu.
3. Pendekatan Bervariasi
Permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik
bervariasi, maka pendekatan yang digunakan pun akan lebih tepat dengan
pendekatan bervariasi pula.Pendekatan bervariasi bertolak dari konsepsi bahwa
permasalahan yang dihadapi oleh setiap anak didik dalam belajar bermacam-macam.
Kasus yang biasanya muncul dalam penagajaran dengan berbagai motif, sehingga
diperlukan variasiteknik pemecahan untuk setiap kasus. Maka kiranya pendekatan
bervariasi inisebagai alat yang dapat guru gunakanuntukkepentinganpengajaran.
4. Pendekatan Edukatif
Apapun yang guru lakukan dalam pendidikan dan
pengajaran dengan tujuan untuk mendidik, bukan karena motif-motif lain, seperti
karena dendam, karena gengsi, karena ingin ditakuti dan sebagainya.
Anak didik yang telah melakukan kesalahan, yakni
membuat keributan didalam kelas ketika guru sedang memberikanpelajaran,
misalnya, tidak tepat diberi sanksi hokumdengan Cara memukul
badannya sehingga luka atau cidera. Hal ini adalah sanksi hukum yang tidak
bernilai pendidikan. Guru telah melakukan sanksi hukum yang salah. Guru telah
menggunakan teori power, yakni teori kekuasaan untuk menundukkan orang lain.
Dalam pendidikan, guru akan kurang arif dan bijaksana bila menggunakan
kekuasaan. Karena hal itu bisa merugikan pertumbuhan dan perkembangan
kepribadian anak didik. Pendekatan yang benar bagi guru adalah dengan melakukan
pendekatan edukatif. Setiap tindakan dan perbuatan yang dilakukan guru harus
bernilai pendidikan dengan tujuan untuk mendidik anak didik agar agar
menghargai norma hukum, norma susila, norma sosial dan norma agama.
5. Pendekatan Keagamaan
Pendidikan dan pelajaran disekolah tidak hanya
memberikan satu atau dua macam mata pelajaran, tetapi terdiri dari banyak mata
pelajaran. Dalam
prateknya tidak hanya digunakan satu, tetapi bisa juga penggabungan dua atau
lebih pendekatan.
Dengan penerapan prinsip-prinsip mengajar seperti
prinsip korelasi dan sosialisasi, guru dapat menyisipkan pesan-pesan keagamaan
untuk semua mata pelajaran. Khususnya untuk mata pelajaran umum sangat penting
dengan pendekatan keagamaan. Hal ini dimaksudkan agar nilai budaya ini tidak
sekuler, tetapi menyatu dengan nilai agama. Tentu sajaguru harus menguasai
ajaran-ajaran agama yang sesuai dengan mata pelajaran yang dipegang. Mata
pelajaran biologi, misalnya, bukan terpisah dari masalah agama,tetapi ada
hubunganya. Persoalan nya sekarng terletak mau atau tidaknya guru mata
pelajaran tersebut.
6. Pendekatan Kebermaknaan
Bahasa adalah alat untuk menyampaikan dan memahami
gagasan pikiran, pendapat, dan perasaan, secara lisan atau tulisan. Bahasa
merupakan alat untuk mengungkapkan makna yang diwujudkan melalui struktur (tata
bahasa dan kosa kata). Dengan demikian struktur berperan sebagai alat
pengungkapan makna (gagasan, pikiran, pendapat dan perasaan). Jadi pendekatan
kebermaknaan adalah pendekatan yang memasukkan unsur-unsur terpenting yaitu
pada bahasa dan makna.
D. Tipe-tipe pendekatan
1. Pendekatan Kontekstual
Pendekatan kontekstual sudah lama dikembangkan oleh
John Dewey pada tahun 1916,yaitu sebagai filosofi belajar yang menekankan pada
pengembanganminat dan pengalaman siswa. Kontekstual (Contextual Teaching and
Learning) dikembangkan oleh The Washington State Consortium for
Contextual Teaching and Learning, yang bergerak dalam dunia pendidikan di
Amerika Serikat. Salah satu kegiatannya adalah melatih dan memberi kesempatan
kepada guru-guru dari enam propinsi di Indonesia untuk belajar pendekatan
kontekstual di Amerika Serikat melalui Direktorat PLP Depdiknas.
Ada kecenderungan dewasa ini untuk kembali pada
pemikiran bahwa anak akan belajar lebih baik jika lingkungan diciptakan
alamiah. Belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang
dipelajarinya, bukan sekedar mengetahuinya. Sebab, pembelajaran yang
berorientasi target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi
mengingat jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecahkan persoalan
dalam kehidupan jangka panjang. Inilahyang terjadi pada kelas-kelas di sekolah
Indonesia dewasa ini. Hal ini terjadi karena masih tertanam pemikiran bahwa
pengetahuan dipandang sebagai perangkat fakta-fakta yang harus dihapal, kelas
berfokus pada guru sebagai sumber utama pengetahuan, akibatnya ceramah
merupakan pilihan utama strategi mengajar. Karena itu, diperlukan :
1. Sebuah pendekatan belajar yang lebih
memberdayakan siswa.
2. Kesadaran bahwa pengetahuan bukanlah
seperangkat fakta dan konsep yang siap diterima, melainkan sesuatu yang harus
dikonstruksi sendiri oleh siswa.
3. Kesadaran pada diri siswa tentang
pengertian makna belajar bagi mereka, apa manfaatnya, bagaimana mencapainya,
dan apa yang mereka pelajari adalah berguna bagi hidupnya.
4. Posisi guru yang lebih berperan pada
urusan strategi bagaimana belajar daripada pemberi informasi.
Pendekatan Kontekstual atau Contextual Teaching and
Learning (CTL) merupakan konsep belajar yang membantu guru mengaitkan
antara materi yang diajarkan dengan situasi dunia nyata siswa dan mendorong
siswa membuat hubungan antara pengetahuan yang dimilikinya dengan penerapannya
dalam kehidupan mereka sebagai anggota keluarga dan masyarakat. Dalam konteks
ini siswa perlu mengerti apa makna belajar, manfaatnya, dalam status apa mereka
dan bagaimana mencapainya. Dengan ini siswa akan menyadari bahwa apa yang
mereka pelajari berguna sebagai hidupnya nanti. Sehingga, akan membuat mereka
memposisikan sebagai diri sendiri yang memerlukan suatu bekal yang bermanfaat
untuk hidupnya nanti dan siswa akan berusaha untuk menggapinya.
Dalam pengajaran kontekstual memungkinkan terjadinya
lima bentuk belajar yang penting, yaitu :
1. Mengaitkan adalah strategi yang
paling hebat dan merupakan inti konstruktivisme. Guru menggunakan strategi ini
ketia ia mengkaitkan konsep baru dengan sesuatu yang sudah dikenal siswa. Jadi
dengan demikian, mengaitkan apa yang sudah diketahui siswa dengan informasi
baru.
2. Mengalami merupakan inti belajar
kontekstual dimana mengaitkan berarti menghubungkan informasi baru dengan pengalaman maupun pengetahui sebelumnya.
Belajar dapat terjadi lebih cepat ketika siswa dapat memanipulasi peralatan dan
bahan serta melakukan bentuk-bentuk penelitian yang aktif.
3. Menerapkan. Siswa menerapkan suatu
konsep ketika ia malakukan kegiatan pemecahan masalah. Guru dapet memotivasi
siswa dengan memberikam latihan yang realistic dan relevan.
4. Kerjasama. Siswa yang bekerja secara
individu sering tidak membantu kemajuan yang signifikan. Sebaliknya, siswa yang
bekerja secara kelompok sering dapat mengatasi masalah yang komplek dengan
sedikit bantuan.Pengalaman kerjasama tidak hanya membanti siswa mempelajari
bahan ajar, tetapi konsisten dengan dunia nyata.
5. Mentransfer. Peran guru membuat
bermacam-macam pengelaman belajar dengan focus pada pemahaman bukan hapalan
2. Pendekatan Konstruktivisme
Pendekatan konstruktivisme merupakan pendekatan dalam
pembelajaran yang lebih menekankan pada tingkat kreatifitas siswa dalam
menyalurkan ide-ide baru yang dapat diperlukan bagi pengembangan diri siswa
yang didasarkan pada pengetahuan.
Pada dasarnya pendekatan konstruktivisme sangat
penting dalam peningkatan dan pengembangan pengetahuan yang dimiliki oleh siswa
berupa keterampilan dasar yang dapat diperlukan dalam pengembangan diri siswa
baik dalam lingkungan sekolah maupun dalam lingkungan masyarakat.
Ciri-ciri
pendekatan konstruktivisme:
1. Dengan adanya pendekatan
konstruktivisme, pengembangan pengetahuan bagi peserta didik dapat dilakukan
oleh siswa itu sendiri melalui kegiatan penelitian atau pengamatan langsung
sehingga siswa dapat menyalurkan ide-ide baru sesuai dengan pengalaman dengan
menemukan fakta yang sesuai dengan kajian teori.
2. Antara pengetahuan-pengetahuan yang
ada harus ada keterkaitan dengan pengalaman yang ada dalam diri siswa.
3. Setiap siswa mempunyai peranan
penting dalam menentukan apa yang mereka pelajari.Peran guru hanya sebagai
pembimbing dengan menyediakan materi atau konsep apa yang akan dipelajari serta
memberikan peluang kepada siswa untuk menganalisis sesuai dengan materi yang
dipelajari.
3. Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif (deductive approach) adalah
pendekatan yang menggunakan logika untuk menarik satu atau lebih kesimpulan (conclusion)
berdasarkan seperangkat premis yang diberikan. Dalam sistem deduktif yang
kompleks, peneliti dapat menarik lebih dari satu kesimpulan. Metode deduktif
sering digambarkan sebagai pengambilan kesimpulan dari sesuatu yang umum
kesesuatuyangkhusus.
Pendekatan deduktif merupakan proses penalaran yang
bermula dari keadaan umum ke keadaan khusus, sebagai pendekatan pengajaran yang
bermula dengan menyajikan aturan, prinsip umum dan diikuti dengan contoh-contoh khusus atau penerapan aturan,
prinsip umum ke dalam keadaan khusus.
4. Pendekatan Induktif
Pendekatan induktif menekanan pada pengamatan dahulu,
lalu menarik kesimpulan berdasarkan pengamatan tersebut. Metode ini sering
disebut sebagai sebuah pendekatan pengambilan kesimpulan dari khusus menjadi
umum.Pendekatan induktif merupakan proses penalaran yang bermula dari keadaan
khusus menuju keadaan umum.
5. Pendekatan Konsep
Pendekatan konsep adalah pendekatan yang mengarahkan
peserta didik meguasai konsep secara benar dengan tujuan agar tidak terjadi
kesalahan konsep (miskonsepsi).. Konsep merupakan struktur mental yang
diperoleh dari pengamatan dan pengalaman.
Ciri-ciri suatu konsep adalah:
1. Konsep memiliki gejala-gejala
tertentu
2. Konsep diperoleh melalui pengamatan
dan pengalaman langsung
3. Konsep berbeda dalam isi dan luasnya
4. Konsep yang diperoleh berguna untuk
menafsirkan pengalaman-pengalaman
5. Konsep yang benar membentuk
pengertian
6. Setiap konsep berbeda dengan melihat
ciri-ciri tertentu
Kondisi-kondisi yang dipertimbangkan dalam kegiatan
belajar mengajar dengan pendekatan konsep adalah:
1. Menanti kesiapan belajar, kematangan
berpikir sesuai denaan unsur lingkungan.
2. Mengetengahkan konsep dasar dengan
persepsi yang benar yang mudah dimengerti.
3. Memperkenalkan konsep yang spesifik
dari pengalaman yang spesifik pula sampai konsep yang komplek.
6. Pendekatan Proses
Pendekatan proses merupakan pendekatan pengajaran yang
memberikan kesempatan kepada siswa untuk menghayati proses penemuan atau
penyusunan suatu konsep sebagai suatu keterampilan proses.
Pendekatan proses adalah pendekatan yang berorientasi
pada proses bukan hasil. Pada pendekatan ini peserta didik diharapkan
benar-benar menguasai proses. Pendekatan ini penting untuk melatih daya pikir
atau mengembangkan kemampuan berpikir dan melatih psikomotor peserta didik.
Dalam pendekatan proses peserta didik juga harus dapat mengilustrasikan atau
memodelkan dan bahkan melakukan percobaan. Evaluasi pembelajaran yang dinilai
adalah proses yang mencakup kebenaran Cara kerja,
ketelitian, keakuratan, keuletan dalam bekerja dan sebagainya.
7. Pendekatan Sains, Teknologi, dan
Masyarakat
Pendekatan Science, Technology and Society (STS) atau
pendekatan Sains, Teknologi dan Masyarakat (STM) merupakan gabungan antara
pendekatan konsep, keterampilan proses, Inkuiri dan diskoveri serta pendekatan
lingkungan.
Filosofi yang mendasari pendekatan STM adalah
pendekatan konstruktivisme, yaitu peserta didik menyusun sendiri konsep-konsep
di dalam struktur kognitifnya berdasarkan apa yang telah mereka ketahui.
D. Implikasi
Pendekatan Pembelajaran Dalam Praksis pembelajaran
1. Pendekatan Langsung
Pendekatan langsung terdiri dari empat tahap pembelajaran :
a.
Tahap Presentasi
Ada lima metode pembelajaran penting yang harus digunakan selama tahap
presentasi pembelajaran langsung: (1) review materi sebelumnya atau
keterampilan awal yang diperlukan; (2) pernyataan mengenai pengetahuan atau
keterampilan khusus yang harus dipelajari; (3) pernyataan atau pengalaman yang
menyediakan siswa dengan penjelasan tentang mengapa tujuan khusus ini penting;
(4) yang jelas, penjelasan pengetahuan atau keterampilan yang harus dipelajari,
dan (5) beberapa kesempatan bagi siswa untuk menunjukkan pemahaman awal mereka
menanggapi pemeriksaan guru.
b. Tahap Latihan
Terdapat tiga
metode pengajaran dalam tahap latihan : (1) latihan terbimbing langsung dibawah
pengawasan guru, (2) latihan mandiri dimana siswa mengerjakan sendiri, dan (3)
tinjauan berkala (sering dimasukkan setiap hari dalam praktek dibimbing dan
mandiri) dimana sebelumnya siswa belajar memanfaatkan konten atau skills.
c. Tahap Penilaian dan Evaluasi
Ada dua penilaian
dan evaluasi pada pembelajaran langsung yaitu (1) tes formatif, dan (2) tes
sumatif.
d. Monitoring dan Feedback
Pemantauan
dilakukan pada tahap 1, 2 dan 3. Jika diperlukan maka diberikan umpan balik
agar proses presentasi, latihan dan penilaian berjalan sesuai yang diharapkan.
2. Pendekatan
Diskusi
a. Pembagian tanggung jawab ;
Pembelajaran
diskusi harus menggeser pembelajaran
yang berpusat pada menjadi pendekatan yang berpusat pada tanggungjawab
belajar bersama antara guru dan siswa. Pembagian tanggungjawab ini tidak
berarti mengurangi peran guru dalam proses pembelajaran tetapi mengelola dan
mengarahkan interaksi antara guru-siswa dan siswa-siswa. Oleh karena itu harus
ada pengaturan peran dan tugas yang jelas.
3. Pendekatan
Pengalaman
Ada
beberapa metode dalam pendekatan pengalaman dalam pembelajaran yaitu:
1. Framing The Experience (Merangkaikan pengalaman)
·
Menetapkan tujuan atau hasil
pembelajaran
·
Membicarakan kriteria penilaian
·
Membangun hubungan (teman sebaya,
guru,komunitas dan lingkungan)
2. Activating experience (Menggerakkan Pengalaman)
§
Pengalaman nyata
§
Membuat keputusan hasil yang nyata
§
Orientasi Masalah
§
Kesulitan Optimal
3. Reflecting on experience (Evaluasi/Penilaian dalam
Pengalaman)
·
Fasilitas guru sebagai fasilitator
·
Membuat kelompok
·
Proses : Apa yang terjadi , mengapa
itu terjadi , apa yang telah dipelajarai dan bagaimana Cara mengaplikasikannya.
4. Pendekatan Berbasis Masalah
1. Pemilihan masalah
PBI ini dirancang untuk mendukung pengembangan dan
penyempurnaan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Hal ini tidak cocok sebagai
strategi instruksional untuk mengajarkan keterampilan dasar. Pendekatan PBI
memerlukan pemilihan masalah yang pembelajar (bahkan pelajar muda) telah
memiliki pengetahuan, yang mereka peroleh dari pengalaman hidup, sehingga
penerapan pengetahuan ini dengan pengetahuan yang diperoleh melalui penelitian
dan pemecahan masalah dapat menghasilkan pemahaman lebih dalam.
2. Peran guru.
Hal yang paling penting dalam keberhasilan pelaksanaan FBI
adalah kemampuan guru berfungsi sebagai fasilitator pembelajaran dan bukan
sebagai penyedia informasi atau materi.
3. Penilaian autentik praktek untuk memvalidasi tujuan
pembelajaran.
Penggunaan
penilaian autentik FBI, mempertimbangkan hal berikut:
·
Instruktur / guru harus sangat
mengerti yang dimaksud (atau antisipasi) hasil pembelajaran yang berkaitan
dengan masalah yang diajukan ke pelajar. Strategi penilaian yang digunakan
harus selaras dengan hasil yang diinginkan.
·
Penilaian sumatif dilakukan pada
akhir siklus pemecahan masalah. kelompok siswa dinilai berdasarkan pada solusi
yang ditawarkan mereka untuk memecahkan masalah tersebut.
·
Penilaian formatif dapat terjadi
setiap saat dalam siklus FBI. Barrows (1988) menunjukkan setelah peserta didik
mengikuti pembelajaran mereka diuji dengan menuliskan pengetahuan yang didapat
pada proses pemecahan masalah.
4. Gunakan penjelasan ulang secara konsisten dan menyeluruh.
Beberapa
hal yang perlu dipertimbangkan oleh desainer instruksional adalah :
·
Tujuan dari proses pembekalan ini
adalah untuk membantu peserta didik untuk mengenali, verbalisasi, dan
mengkonsolidasikan apa yang telah mereka pelajari, dan untuk mengintegrasikan
informasi dengan pengetahuan yang ada.
·
Tugas guru adalah untuk memastikan
suara yang sama bagi semua peserta, jadi hati-hati untuk mendengarkan semua
anggota dan meminta semua anggota untuk mereka berpendapat dan bercommentar.
·
Ikuti tanya jawab didirikan
protokol. Tahu generik dan spesifik pertanyaan untuk diminta untuk memandu sesi
tanya jawab. Siapkan pertanyaan ide / topik untuk memastikan bahwa Anda
(sebagai debriefer) mengingat semua pembelajaran yang telah dibahas dalam
kegiatan FBI.
·
Ajukan pertanyaan yang mendorong
peserta didik agar sesuai dengan pengetahuan baru ke dalam skema yang ada.
·
Dorong peserta didik untuk mendaftar
apa yang telah mereka pelajari dengan menggunakan peta konsep-menyediakan
bahan-bahan yang diperlukan.
5. Pendekatan Simulasi
Secara umum desain pendekatan simulasi memiliki tujuh
prinsip umum, sebagai berikut :
a. Fungsi Isi
Bagian
ini menjelaskan prinsip-prinsip untuk mengatur isi modul fungsional dari sebuah
pembelajaran simulasi. Konten Simulasi mengambil model yang dinamis replika
sistem nyata atau khayalan.
b. Fungsi Strategi
Melibatkan
Desain strategi yang menggambarkan konteks pengaturan instruksional, pengaturan
sosial, tujuan, struktur sumber daya, dan acara yang diberikan.
c. Fungsi Kontrol
Desain
simulasi fungsi menggambarkan sarana yang seorang pelajar dapat menyampaikan
pesan-pesan yang mempengaruhi terbukanya isi, strategi, atau unsur-unsur
dinamis lainnya dari pengalaman. Desain sistem kontrol sangat menantang karena tindakan belajar berlangsung
dalam konteks yang dinamis dan harus memanfaatkan pertukaran informasi dan
kontrol.
d. Fungsi Pesan
Pesan Menghasilkan unit:
·
Prinsip: Pesan Elements
·
Prinsip: Pendekatan untuk Penataan
pesan
·
Prinsip: Pelaksanaan-waktu
Pembangunan pesan
e. Fungsi Representasi
Fungsi representasi desain simulasi adalah yang paling
terlihat dan nyata. Desainnya melibatkan semua unsur sensorik pengalaman
simulasi-pemandangan, suara, sensasi taktil, dan kinestetik sensasi. Fungsi
representasi desain yang menggambarkan semua pengalaman indrawi yang akan
diadakan dan bagaimana mereka akan diintegrasikan dan disinkronkan. Semua
dijelaskan struktur titik ini untuk konten, strategi, kontrol, dan pesan yang
abstrak dan menjadi terlihat hanya melalui representasi desain. Oleh karena
itu, representasi adalah jembatan yang menghubungkan elemen desain abstrak
dengan simbolis tertentu elemen media.
f. Media-fungsi logika
Media-melaksanakan fungsi logika representasi dan
melaksanakan operasi logis yang memungkinkan simulasi peristiwa terjadi. Hal
ini dapat juga mencakup perhitungan dan pengumpulan data.
g. Fungsi pengelolaan data
Mengelola data yang dihasilkan dari interaksi
BAB III
PENUTUPAN
A.
Kesimpulan
Pendekatan pembelajaran dapat berarti titik tolak atau sudut pandang terhadap proses pembelajaran
atau merupakan gambaran pola umum perbuatan guru dan peserta didik di dalam
perwujudan kegiatan pembelajaran, yang
berusaha meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik
siswa dalam pengolahan pesan sehingga tercapai sasaran belajar.
Dalam
kegiatan belajar mengajar yang berlangsung telah terjadi interaksi yang
bertujuan. Guru dan anak didiklah yang menggerakkannya. Ketika kegiatan belajar
mengajar itu berproses, guru harus dengan ikhlas dalam bersikap dan berbuat,
serta mau memahami anak didiknya dengan segala konsekuensinya. Hal ini akan
mempengaruhi pendekatan yang guru ambil dalam pengajaran. Pendekatan yang tepat
maka akan berlangsung belajar mengajar yang menyenangkan.
Simulasi
sangat ampuh dan efektif karena mereka meningkatkan kewaspadaan siswa dan
keterampilan memahami, meningkatkan integrasi keterampilan siswa dalam berbagai
konteks kinerja, menyesuaikan diri dengan berbagai tingkat pembelajaran melalui
cakupan kinerja dinamis, dan membantu pelajar melihat pola dari waktu ke waktu
dalam sistem dinamis
Daftar Pustaka
http://semutlewat.blogspot.com/2013/01/makalah-pendekatan-dalam-pembelajaran.html
http://infomediakita.blogspot.com/2010/04/makalah-berbagai-pendekatan-dalam.html
http://blog.umy.ac.id/winarti/2011/11/27/pengertian-pendekatan-pembelajaran-dan-strategi-pembelajaran/
http://kuliahemka.wordpress.com/2011/07/13/teori-pendekatan-pembelajaran/
http://mari-berkawand.blogspot.com/2011/03/pengertian-pendekatan-pembelajaran.html
Pengertian Pendekatan, Strategi, Metode, Teknik, Taktik dan Model Pembelajaran
oleh: Akhmad Sudrajat
Dalam proses pembelajaran dikenal beberapa istilah yang
memiliki kemiripan makna, sehingga seringkali orang merasa bingung untuk
membedakannya. Istilah-istilah tersebut adalah: (1) pendekatan
pembelajaran, (2) strategi pembelajaran, (3) metode
pembelajaran, (4) teknik pembelajaran, (5) taktik
pembelajaran, dan (6) model pembelajaran. Berikut ini
akan dipaparkan pengertian istilah – istilah tersebut, dengan harapan dapat
memberikan kejelasaan tentang penggunaan istilah tersebut.
Pendekatan Pembelajaran
Pendekatan pembelajaran dapat
diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap proses
pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya suatu proses yang
sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi, menginsiprasi, menguatkan,
dan melatari metode pembelajaran dengan cakupan teoretis tertentu. Dilihat
dari pendekatannya, pembelajaran terdapat dua jenis pendekatan, yaitu: (1)
pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau berpusat pada siswa (student
centered approach) dan (2) pendekatan pembelajaran yang berorientasi atau
berpusat pada guru (teacher centered approach).
Strategi pembelajaran.
Dari pendekatan pembelajaran
yang telah ditetapkan selanjutnya diturunkan ke dalam Strategi
Pembelajaran. Newman dan Logan (Abin Syamsuddin Makmun, 2003)
mengemukakan empat unsur strategi dari setiap usaha, yaitu:
- Mengidentifikasi dan menetapkan spesifikasi dan kualifikasi hasil (out put) dan sasaran (target) yang harus dicapai, dengan mempertimbangkan aspirasi dan selera masyarakat yang memerlukannya.
- Mempertimbangkan dan memilih jalan pendekatan utama (basic way) yang paling efektif untuk mencapai sasaran.
- Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah (steps) yang akan dtempuh sejak titik awal sampai dengan sasaran.
- Mempertimbangkan dan menetapkan tolok ukur (criteria) dan patokan ukuran (standard) untuk mengukur dan menilai taraf keberhasilan (achievement) usaha.
Jika kita terapkan dalam konteks pembelajaran,
keempat unsur tersebut adalah:
- Menetapkan spesifikasi dan kualifikasi tujuan pembelajaran yakni perubahan profil perilaku dan pribadi peserta didik.
- Mempertimbangkan dan memilih sistem pendekatan pembelajaran yang dipandang paling efektif.
- Mempertimbangkan dan menetapkan langkah-langkah atau prosedur, metode dan teknik pembelajaran.
- Menetapkan norma-norma dan batas minimum ukuran keberhasilan atau kriteria dan ukuran baku keberhasilan.
Sementara itu, Kemp (Wina Senjaya, 2008)
mengemukakan bahwa strategi pembelajaran adalah suatu
kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan siswa agar tujuan
pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien. Selanjutnya, dengan
mengutip pemikiran J. R David, Wina Senjaya (2008) menyebutkan bahwa dalam
strategi pembelajaran terkandung makna perencanaan. Artinya,
bahwa strategi pada dasarnya masih bersifat konseptual tentang
keputusan-keputusan yang akan diambil dalam suatu pelaksanaan pembelajaran.
Dilihat dari strateginya, pembelajaran dapat
dikelompokkan ke dalam dua bagian pula, yaitu: (1) exposition-discovery
learning dan (2) group-individual learning (Rowntree
dalam Wina Senjaya, 2008). Ditinjau dari cara penyajian dan cara pengolahannya,
strategi pembelajaran dapat dibedakan antara strategi pembelajaran induktif dan
strategi pembelajaran deduktif. Strategi pembelajaran
sifatnya masih konseptual dan untuk mengimplementasikannya digunakan berbagai
metode pembelajaran tertentu. Dengan kata lain, strategi merupakan “a
plan of operation achieving something” sedangkan metode adalah “a way
in achieving something” (Wina Senjaya (2008).
Metode pembelajaran
Jadi, metode pembelajaran
di sini dapat diartikan sebagai cara yang digunakan untuk mengimplementasikan
rencana yang sudah disusun dalam bentuk kegiatan nyata dan praktis untuk
mencapai tujuan pembelajaran. Terdapat beberapa metode
pembelajaran yang dapat digunakan untuk mengimplementasikan strategi
pembelajaran, diantaranya: (1) ceramah; (2) demonstrasi; (3) diskusi; (4)
simulasi; (5) laboratorium; (6) pengalaman lapangan; (7) brainstorming; (8)
debat, (9) simposium, dan sebagainya.
Teknik Pembelajaran
Selanjutnya metode pembelajaran
dijabarkan ke dalam teknik dan taktik pembelajaran. Dengan
demikian, teknik pembelajaran dapat diatikan
sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode
secara spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan
jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri, yang tentunya
secara teknis akan berbeda dengan penggunaan metode ceramah pada kelas yang
jumlah siswanya terbatas. Demikian pula, dengan penggunaan metode diskusi,
perlu digunakan teknik yang berbeda pada kelas yang siswanya tergolong aktif
dengan kelas yang siswanya tergolong pasif. Dalam hal ini, guru pun dapat
berganti-ganti teknik meskipun dalam koridor metode yang sama.
Taktik Pembelajaran.
Sementara taktik pembelajaran merupakan
gaya seseorang dalam melaksanakan metode atau teknik pembelajaran tertentu yang
sifatnya individual. Misalkan, terdapat dua orang sama-sama menggunakan
metode ceramah, tetapi mungkin akan sangat berbeda dalam taktik yang
digunakannya. Dalam penyajiannya, yang satu cenderung banyak diselingi dengan
humor karena memang dia memiliki sense of humor yang tinggi, sementara yang
satunya lagi kurang memiliki sense of humor, tetapi lebih banyak menggunakan
alat bantu elektronik karena dia memang sangat menguasai bidang itu. Dalam gaya
pembelajaran akan tampak keunikan atau kekhasan dari masing-masing guru, sesuai
dengan kemampuan, pengalaman dan tipe kepribadian dari guru yang bersangkutan.
Dalam taktik ini, pembelajaran akan menjadi sebuah ilmu sekalkigus juga seni
(kiat)
Model Pembelajaran
Apabila antara pendekatan, strategi, metode,
teknik dan bahkan taktik pembelajaran sudah terangkai menjadi satu kesatuan
yang utuh maka terbentuklah apa yang disebut dengan model pembelajaran.
Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang
tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan
kata lain, model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan
suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Berkenaan dengan model pembelajaran,
Bruce Joyce dan Marsha Weil (Dedi Supriawan dan A. Benyamin Surasega, 1990)
mengetengahkan 4 (empat) kelompok model pembelajaran, yaitu: (1) model
interaksi sosial; (2) model pengolahan informasi; (3) model
personal-humanistik; dan (4) model modifikasi tingkah laku. Kendati demikian,
seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan
strategi pembelajaran.
Untuk lebih jelasnya, posisi hierarkis dari
masing-masing istilah tersebut, kiranya dapat divisualisasikan sebagai berikut:

Di luar istilah-istilah tersebut, dalam proses
pembelajaran dikenal juga istilah desain pembelajaran.
Jika strategi pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur umum
aktivitas pembelajaran, sedangkan desain pembelajaran lebih menunjuk kepada
cara-cara merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah
ditetapkan strategi pembelajaran tertentu. Jika dianalogikan dengan pembuatan
rumah, strategi membicarakan tentang berbagai kemungkinan tipe atau jenis rumah
yang hendak dibangun (rumah joglo, rumah gadang, rumah modern, dan sebagainya),
masing-masing akan menampilkan kesan dan pesan yang berbeda dan unik. Sedangkan
desain adalah menetapkan cetak biru (blue print) rumah yang akan dibangun
beserta bahan-bahan yang diperlukan dan urutan-urutan langkah konstruksinya,
maupun kriteria penyelesaiannya, mulai dari tahap awal sampai dengan tahap
akhir, setelah ditetapkan tipe rumah yang akan dibangun.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa untuk dapat
melaksanakan tugasnya secara profesional, seorang guru dituntut dapat memahami
dan memliki keterampilan yang memadai dalam mengembangkan berbagai model
pembelajaran yang efektif, kreatif dan menyenangkan, sebagaimana diisyaratkan
dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.
Mencermati upaya reformasi pembelajaran yang
sedang dikembangkan di Indonesia, para guru atau calon guru saat ini banyak
ditawari dengan aneka pilihan model pembelajaran, yang kadang-kadang untuk
kepentingan penelitian (penelitian akademik maupun penelitian tindakan) sangat
sulit menermukan sumber-sumber literarturnya. Namun, jika para guru (calon
guru) telah dapat memahami konsep atau teori dasar pembelajaran yang merujuk
pada proses (beserta konsep dan teori) pembelajaran sebagaimana dikemukakan di
atas, maka pada dasarnya guru pun dapat secara kreatif mencobakan dan
mengembangkan model pembelajaran tersendiri yang khas, sesuai
dengan kondisi nyata di tempat kerja masing-masing, sehingga pada gilirannya
akan muncul model-model pembelajaran versi guru yang bersangkutan, yang
tentunya semakin memperkaya khazanah model pembelajaran yang telah ada.
==========
Sumber:
Abin Syamsuddin Makmun. 2003. Psikologi
Pendidikan. Bandung: Rosda Karya Remaja.
Dedi Supriawan dan A. Benyamin
Surasega, 1990. Strategi Belajar Mengajar (Diktat Kuliah). Bandung:
FPTK-IKIP Bandung.
Udin S. Winataputra. 2003. Strategi
Belajar Mengajar. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Terbuka.
Wina Senjaya. 2008. Strategi
Pembelajaran; Berorientasi Standar Proses Pendidikan. Jakarta: Kencana
Prenada Media Group.
Beda Strategi, Model, Pendekatan,
Metode, dan Teknik Pembelajaran (hxxp://smacepiring.wordpress.com/)
Ada beberapa macam pendekatan
pembelajaran yang digunakan pada kegiatan belajar mengajar, antara lain :
- Pendekatan Kontekstual
Pendekatan konstekstual berlatar
belakang bahwa siswa belajar lebih bermakna dengan melalui kegiatan mengalami
sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui, mengingat,
dan memahami. Pembelajaran tidak hanya berorientasi target penguasaan materi,
yang akan gagal dalam membekali siswa untuk memecahkan masalah dalam kehidupannya.
Dengan demikian proses pembelajaran lebih diutamakan daripada hasil belajar,
sehingga guru dituntut untuk merencanakan strategi pembelajaran yang variatif
dengan prinsip membelajarkan – memberdayakan siswa, bukan mengajar siswa(http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
Borko dan Putnam mengemukakan bahwa
dalam pembelajaran kontekstual,
guru memilih konteks pembelajaran
yang tepat bagi siswa dengan cara mengaitkan
pembelajaran dengan kehidupan nyata
dan lingkungan di mana anak hidup dan berada serta dengan budaya yang berlaku
dalam masyarakatnya (http.//www.contextual.org.id). Pemahaman, penyajian ilmu
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang ada dalam materi dikaitkan
dengan apa yang dipelajari dalam kelas dan dengan kehidupan sehari-hari (Dirjen
Dikdasmen, 2001: 8). Dengan memilih konteks secara tepat, maka siswa dapat
diarahkan kepada pemikiranagar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di
lingkungan kelas saja, tetapi diajak untuk mengaitkan aspek-aspek yang
benar-benar terjadi dalam kehidupan mereka sehari-hari, masa depan mereka, dan
lingkungan masyarakat luas.
Dalam kelas kontekstual, tugas guru
adalah membantu siswa dalam mencapai tujuannya. Guru lebih banyak berurusan
dengan strategi daripada memberi informasi.Guru bertugas mengelola kelas
sebagai sebuah tim yang bekerja bersama untuk merumuskan, menemukan sesuatu
yang baru bagi kelas yang dapat berupa pengetahuan, keterampilan dari hasil
“menemukan sendiri” dan bukan dari “apa kata guru.
Penggunaan pembelajaran kontekstual
memiliki potensi tidak hanya untuk
mengembangkan ranah pengetahuan dan
keterampilan proses, tetapi juga untuk
mengembangkan sikap, nilai, serta
kreativitas siswa dalam memecahkan masalah
yang terkait dengan kehidupan mereka
sehari-hari melalui interaksi dengan sesama
teman, misalnya melalui pembelajaran
kooperatif, sehingga juga mengembangkan
ketrampilan sosial (social skills)
(Dirjen Dikmenum, 2002:6). Lebih lanjut Schaible,
Klopher, dan Raghven, dalam
Joyce-Well (2000:172) menyatakan bahwa pendekatan kontekstual melibatkan siswa
dalam masalah yang sebenarnya dalam penelitian dengan menghadapkan anak didik
pada bidang penelitian, membantu mereka mengidentifikasi masalah yang
konseptual atau metodologis dalam bidang penelitian dan mengajak mereka untuk
merancang cara dalam mengatasi masalah.
- Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan
berfikir pendekatan kontekstual. Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia
sedikit demi sedikit yang hasilnya diperluas melalui konteks yang terbatas dan
tidak dengan tiba-tiba(Suwarna,2005).
Piaget (1970), Brunner dan Brand
1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963). Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt
(1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan teori konstruktivisme ialah pelajar
berpeluang membina pengetahuan secara aktif melalui proses saling pengaruh
antara pembelajaran terdahulu dengan pembelajaran terbaru. Pembelajaran
terdahulu dikaitkan dengan pembelajaran terbaru. Perkaitan ini dibina sendiri
oleh pelajar.
Menurut teori konstruktivisme,
konsep-konsep yang dibina pada struktur kognitif seorang akan berkembang dan
berubah apabila ia mendapat pengetahuan atau pengalaman baru. Rumelhart dan
Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat membina konsep dalam struktur
kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan baru dengan pengetahuan yang sedia
ada padanya dan proses ini dikenali sebagai accretion. Selain itu, konsep-konsep
yang ada pada seseorang boleh berubah selaras dengan pengalaman baru yang
dialaminya dan ini dikenali sebagai penalaan atau tuning. Seseorang juga
boleh membina konsep-konsep dalam struktur kognitifnya dengan menggunakan
analogi, iaitu berdasarkan pengetahuan yang ada padanya. Menurut Gagne,
Yekovich, dan Yekovich (1993) konsep baru juga boleh dibina dengan
menggabungkan konsep-konsep yang sedia ada pada seseorang dan ini dikenali
sebagai parcing.
Pendekatan konstruktivisme sangat
penting dalam proses pembelajaran kerana belajar digalakkan membina konsep
sendiri dengan menghubungkaitkan perkara yang dipelajari dengan pengetahuan
yang sedia ada pada mereka. Dalam proses ini, pelajar dapat meningkatkan
pemahaman mereka tentang sesuatu perkara.
Kajian Sharan dan Sachar (1992,
disebut dalam Sushkin, 1999) membuktikan kumpulan pelajar yang diajar
menggunakan pendekatan konstruktivisme telah mendapat pencapaian yang lebih
tinggi dan signifikan berbanding kumpulan pelajar yang diajar menggunakan pendekatan
tradisional. Kajian Caprio (1994), Nor Aini (2002), Van Drie dan Van Boxtel
(2003), Curtis (1998), dan Lieu (1997) turut membuktikan bahawa pendekatan
konstruktivisme dapat membantu pelajar untuk mendapatkan pemahaman dan
pencapaian yang lebih tinggi dan signifikan.
- Pendekatan Deduktif – Induktif
- Pendekatan Deduktif
Pendekatan deduktif ditandai dengan
pemaparan konsep, definisi dan istilah-istilah pada bagian awal pembelajaran.
Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu pemikiran bahwa proses pembelajaran
akan berlangsung dengan baik bila siswa telah mengetahui wilayah persoalannya
dan konsep dasarnya(Suwarna,2005).
- Pendekatan Induktif
Ciri uatama pendekatan induktif
dalam pengolahan informasi adalah menggunakan data untuk membangun konsep atau
untuk memperoleh pengertian. Data yang digunakan mungkin merupakan data primer
atau dapat pula berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan.
Prince dan Felder (2006) menyatakan
pembelajaran tradisional adalah pembelajaran dengan pendekatan deduktif,
memulai dengan teori-teori dan meningkat ke penerapan teori. Di bidang sain dan
teknik dijumpai upaya mencoba pembelajaran dan topik baru yang menyajikan
kerangka pengetahuan, menyajikan teori-teori dan rumus dengan sedikit
memperhatikan pengetahuan utama mahasiswa, dan kurang atau tidak mengkaitkan
dengan pengalaman mereka. Pembelajaran dengan pendekatan deduktif menekankan
pada guru mentransfer informasi atau pengetahuan. Bransford (dalam Prince dan
Felder, 2006) melakukan penelitian dibidang psikologi dan neurologi. Temuannya
adalah: ”All new learning involves transfer of information based on previous
learning”, artinya semua pembelajaran baru melibatkan transfer informasi
berbasis pembelajaran sebelumnya.
Major (2006) menyatakan dalam
pembelajaran dengan pendekatan deduktif dimulai dengan menyajikan generalisasi
atau konsep. Dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh urutan
pembelajaran: (1) definisi disampaikan; dan (2) memberi contoh, dan beberapa
tugas mirip contoh dikerjakan siswa dengan maksud untuk menguji pemahaman siswa
tentang definisi yang disampaikan.
Alternatif pendekatan pembelajaran
lainnya selain dengan pembelajaran pendekatan deduktif adalah dengan pendekatan
induktif . Beberapa contoh pembelajaran dengan pendekatan induktif misalnya
pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis
proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan. Pembelajaran
dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan pengamati terhadap hal-hal
khusus dan menginterpretasikannya, menganalisis kasus, atau memberi masalah
konstekstual, siswa dibimbing memahami konsep, aturan-aturan, dan
prosedur-prosedur berdasar pengamatan siswa sendiri.
Major (2006) berpendapat bahwa
pembelajaran dengan pendekatan induktif efektif untuk mengajarkan konsep atau
generalisasi. Pembelajaran diawali dengan memberikan contoh-contoh atau kasus
khusus menuju konsep atau generalisasi. Siswa melakukan sejumlah pengamatan
yang kemudian membangun dalam suatu konsep atau geralisasi. Siswa tidak harus
memiliki pengetahuan utama berupa abstraksi, tetapi sampai pada abstraksi
tersebut setelah mengamati dan menganalisis apa yang diamati.
Dalam fase pendekatan
induktif-deduktif ini siswa diminta memecahkan soal atau masalah. Kemp (1994:
90) menyatakan ada dua kategori yang dapat dipakai dalam membahas materi
pembelajaran yaitu metode induktif dan deduktif. Pada prinsipnya matematika
bersifat deduktif. Matematika sebagai “ilmu” hanya diterima pola pikir
deduktif. Pola pikir deduktif secara sederhana dapat dikatakan pemikiran “yang
berpangkal dari hal yang bersifat umum diterapkan atau diarahkan kepada hal
yang bersifat khusus” Soedjadi (2000: 16). Dalam kegiatan memecahkan masalah
siswa dapat terlibat berpikir dengan dengan menggunakan pola pikir induktif,
pola pikir deduktif, atau keduanya digunakan secara bergantian.
- Pendekatan Konsep dan Proses
- Pendekatan Konsep
Pembelajaran dengan menggunakan
pendekatan konsep berarti siswa dibimbing memahami suatu bahasan melalui
pemahaman konsep yang terkandung di dalamnya. Dalam proses pembelajaran
tersebut penguasaan konsep dan subkonsep yang menjadi fokus. Dengan beberapa
metode siswa dibimbing untuk memahami konsep. (http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
- Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses, tujuan utama
pembelajaran adalah mengembangkan kemampuan siswa dalam keterampilan proses
seperti mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan
mengkomunikasikan. Pendekatan keterampilan proses digunakan dan dikembangkan
sejak kurikulum 1984. Penggunaan pendekatan proses menuntut keterlibatan
langsung siswa dalam kegiatan belajar. (http://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
Dalam pendekatan proses, ada dua hal
mendasar yang harus selalu dipegang pada setiap proses yang berlangsung dalam
pendidikan. Pertama, proses
mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi
peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian
integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman
yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam
setiap proses pendidikan yang dialaminya (http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/1907).
mengalami. Pendidikan harus sungguh menjadi suatu pengalaman pribadi bagi
peserta didik. Dengan proses mengalami, maka pendidikan akan menjadi bagian
integral dari diri peserta didik; bukan lagi potongan-potongan pengalaman
yang disodorkan untuk diterima, yang sebenarnya bukan miliknya sendiri.
Dengan demikian, pendidikan mengejawantah dalam diri peserta didik dalam
setiap proses pendidikan yang dialaminya (http://groups.yahoo.com/group/sd-islam/message/1907).
- Pendekatan Sains, Tekhnologi dan Masyarakat
National Science Teachers
Association (NSTA) (1990 :1)memandang STM
sebagai the teaching and learning of science in thecontext of human
experience. STM dipandang sebagai proses pembelajaran yang senantiasa
sesuai dengan konteks pengalaman manusia. Dalam pendekatan ini siswa diajak
untuk meningkatakan
kreativitas, sikap ilmiah,
menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.Definisi lain
tentang STM dikemukakan oleh PENN STATE(2006:1) bahwa STM merupakan an
interdisciplinary approach whichreflects the widespread realization that in
order to meet the increasingdemands of a technical society, education must
integrate acrossdisciplines. Dengan demikian, pembelajaran dengan
pendekatan STMharuslah diselenggarakan dengan cara mengintegrasikan
berbagaidisiplin (ilmu) dalam rangka memahami berbagai hubungan yangterjadi di
antara sains, teknologi dan masyarakat. Hal ini berarti bahwa pemahaman kita
terhadap hubungan antara sistem politik, tradisi masyarakat dan bagaimana
pengaruh sains dan teknologi terhadap hubungan-hubungan tersebut menjadi bagian
yang penting dalampengembangan pembelajaran di era sekarang ini.
Pandangan tersebut senada dengan
pendapat NC State University (2006: 1), bahwa STM merupakan an
interdisciplinery field of study that seeks to explore a understand the many
ways that scinence and technology shape culture, values, and institution, and
how such factors shape science and technology. STM dengandemikian adalah
sebuah pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains dan
teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial di masyarakat, dan
bagaimana situasi sosial mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.
Hasil penelitian dari National
Science Teacher Association ( NSTA ) ( dalam Poedjiadi, 2000 ) menunjukan bahwa
pembelajaran sains dengan menggunakan pendekatan STM mempunyai beberapa
perbedaan jika dibandingkan dengan cara biasa. Perbedaan tersebut ada pada
aspek : kaitan dan aplikasi bahan pelajaran, kreativitas, sikap, proses, dan
konsep pengetahuan. Melalui pendekatan STM ini guru dianggap sebagai
fasilitator dan informasi yang diterima siswa akan lebih lama diingat.
Sebenarnya dalam pembelajaran dengan menggunakan pendekatan STM ini tercakup
juga adanya pemecahan masalah, tetapi masalah itu lebih ditekankan pada masalah
yang ditemukan sehari – hari, yang dalam pemecahannya menggunakan langkah –
langkah
(ilmiahhttp://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
Sumber :
Abdul Rahim Rashid. (1998). Ilmu
Sejarah: Teori dan amalan dalam pengajaran A
dan pembelajaran Sejarah. Kertas
kerja yang dibentangkan dalam Simposium Sejarah, Universiti Malaya,
Kuala Lumpur, 30–31 Oktober.
Anwar. (2004). Pendidikan
Kecakapan Hidup (Life Skill Education). Bandung: Penerbit
Alfabeta.
Ausubel, D. P. (1963). The
psychology of meaningful verbal learning. New York: A
Grune & Stratton Inc.
Bybee, R. W. (1993). Leadership,
responsibility and reform in science education. B
Science Educator, 2,1–9.
Depdiknas. (2002). Pengembangan
Pelaksanaan Broad-Based Education, High-
Based Education, dan Life Skills di
SMU. Jakarta: Depdiknas.
Firdaus M Yunus. (2004). Pendidikan
Berbasis Realitas Sosial, Paulo freire-Y.B
Mangunwijaya. Yogyakarta: Logung Pustaka
(http.//www.contextual.org.id)
(ilmiahhttp://smacepiring.wordpress.com/2008/02/19/pendekatan-dan-metode-pembelajaran/).
IOWA State University. (2003). Incorporating
Developmentally Appropriate
Learning Opportunities to Assess
Impact of Life Skill Development.
Lifeskills4kids. (2000). Introduction
& F.A.Q.
Ngalim Purwanto. 2002. Psikologi
Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Lee, Kwuang-wu. 2000. English
Teachers’ Barriers to the Use of Computer
assisted Language Learning. The Internet TESL Journal, Vol. VI, No. 12,
December 2000. http:/www..aitech.ac.jp/~iteslj/
(Frequently Asked Questions). kdavis@LifeSkills4Kids.com
Suhandoyo (1993). Upaya
Meningkatkan Kualitas Sumber Daya Manusia Melalui
Interaksi Positif dengan Lingkungan.
Yogyakarta: PPM IKIP Yogyakarta.
Supriyadi. (1999). Buku Pegangan
Perkuliahan Teknologi Pengajaran Fisika.
Yogyakarta: Jurdik Fisika FMIPA UNY
Suyoso. (2001). Ilmu Alamiah
Dasar. Yogyakarta:
Trowbidge dan Byebee. (1986). Becoming
a Secondary school science Teacher.
London: Merill Publishing Company.
Rusmansyah.(2000). Prospek
Penerapan Pendekatan Sains-Teknologi-
Masyarakat (STM) dalam pembelajaran
Kimia di Kalimantan Selatan.
https://bubudcitra.wordpress.com/ipm/macam-macam-pendekatan-pembelajaran/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar