MAKALAH
HAKEKAT
BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
Untuk memenuhi Syarat
Mata Kuliah Belajar dan Pembelajaran
Dosen Pengampu : Kisno,
M.Pd
Disusun
oleh kelompok 1 :
1. Tika Marlena NPM (141350015)
2. Leni Nuraisah NPM (141350031)
3. M.Abdul dhohir NPM (141350044)
4. Sri Maryati NPM (141350049)
5. Dewi Mulia Sari NPM (141350032)
6. Yentika Putri A NPM (141350046)
7. Putri Kurniasari NPM (141350093)
Semester : III (Tiga)
PROGRAM STUDI PGSD
SEKOLAH TINGGI KEGURUAN
DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK
INDONESIA METRO
TAHUN PELAJARAN
2015/2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang
telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah yang berisikan tentang “Hakekat belajar dan pembelajaran” tepat pada
waktunya.
Makalah ini diharapkan dapat
bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan
sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.
Saya menyadari bahwa makalah ini
masih banyak kekurangannya karena pengetahuan yang saya miliki cukup
terbatas.Oleh karena itu, saya berharap kritik dan saran dari pembaca yang
bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima
kasih
Lampung Timur, 06 Oktober 2015
Tim
penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN
JUDUL.........................................................................................i
KATA
PENGANTAR…………......................................................................ii
DAFTAR ISI………………………………………..……………….……….iii
BAB I
PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1.
Latar
Belakang................................................................................1
1.2.
Rumusan
Masalah...........................................................................1
1.3.
Tujuan.............................................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN
.............................................................................................
2
2.1. Hakekat
Belajar...............................................................................2
2.1.
Pengertian Belajar...........................................................................2
2.3. Tuuan Belajar..................................................................................4
2.4.
Faktor-faktor yang mempengaruhi belajar......................................5
2.5. Teori
Belajar...................................................................................8
2.6. Hakekat
Pembelajaran...................................................................11
2.7. Tujuan
Pembelajaran.....................................................................12
2.8.
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran.........................12
2.9.
Model-model
Pembelajaran...........................................................13
BAB III
PENUTUP .....................................................................................................15
3.1.
Kesimpulan...................................................................................15
3.2.
Saran.............................................................................................15
DAFTAR
PUSTAKA.....................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Di
era globalisasi yang serba modern menuntut setiap negara untuk menghasilkan
sumber daya manusia dengan kesiapan yang lebih matang dalam segala hal. Bidang
pendidikan merupakan salah satu bidang yang sangat berpengaruh untuk
mempersiapkan sumber daya manusia yang dibutuhkan untuk menghadapi tuntutan zaman. Namun, mendidik anak sejak dini hingga
menjadi individu yang berkualitas, dan mempertahankan kualitas tersebut bukan
hal yang mudah. Perlu proses yang panjang untuk membentuk individu yang mampu
mengikuti alur era globalisasi. Untuk mewujudkan hal tersebut, tentu individu
harus melakukan suatu proses yang disebut belajar.
Dalam
pendidikan, belajar merupakan kata kunci yang paling penting. Jika tidak ada
belajar maka tidak akan ada pendidikan. Dan didalam pendidikan akan terjadi
suatu pembelajaran yang akan membentuk individu yang berkualitas.
Berdasarkan
uraian di atas maka penyusun mengajukan makalah yang berjudul “ Hakikat Belajar dan Pembelajaran”
yang nantinya dapat memperjelas pengertian dan hakikat dari belajar dan
pembelajaran itu sendiri.
1.2. Rumusan
Masalah
- Apakah pengertian dari belajar dan pembelajaran?
- Apakah tujuan belajar dan pembelajaran?
- Apakah faktor yang memengaruhi belajar dan pembelajaran?
1.3. Tujuan
- Untuk mengetahui dan memahami pengertian belajar dan pembelajaran.
- Untuk mengetahui dan memahami tujuan dari belajar dan pembelajaran.
- Untuk mengetahui apa saja faktor yang mempengaruhi belajar dan pembelajaran.
1
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.Hakikat Belajar
Secara
harfiah, Belajar adalah yang tidak tahu menjadi tahu. Secara keilmuan, belajar
merupakan perilaku kognitif yang memerlukan tingkat keterbukaan kondisi
tertentu yang akan menghasilkan perubahan perilaku atau disposisi untuk
bertindak (dtindak lanjuti). Menurut
kamus bahasa Indonesia, belajar adalah berusaha memperoleh kepandaian atau
ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh
pengalaman. Belajar adalah suatu proses yang
berlangsung di dalam diri seseorang yang mengubah tingkah lakunya, baik tingkah
laku dalam berpikir, bersikap, dan berbuat (W. Gulo, 2002: 23).
Menurut
Nana Sudjana (2002), pada hakikatnya proses belajar mengajar adalah proses
komunikasi. Kegiatan belajar mengajar di kelas merupakan suatu dunia komunikasi
tersendiri dimana guru dan siswa bertukar pikiran untuk mengembangkan ide dan
pengertian. belajar ada kaitannya dengan usaha atau rekayasa pembelajar. Dari
segi siswa, belajar yang dialaminya sesuai dengan pertumbuhan jasmani dan
perkembangan mental, akan menghasilkan hasil belajar sebagai hasil belajar
sebagai perwujudan emansipasi siswa menuju kemandirian. Dari segi guru,
kegiatan belajar siswa merupakan akibat dari tindakan pendidikan atau
pembelajaran. Proses belajar siswa tersebut menghasilkan perilaku yang
dikehendaki, suatu hasil belajar sebagai dampak pengajaran.
2.2.Pengertian Belajar Menurut
Beberapa Ahli
1.
Belajar menurut Skinner
Belajar
menurut Skinner adalah suatu perilaku. Pada saat orang belajar, maka
responnya
menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responnya menurun.
Dalam belajar ditemukan adanya hal berikut:
a.
Kesempatan terjadinya peristiwa yang menimbulkan respon
pembelajar,
- Respons si pembelajar, dan
- Konsekuensi yang bersifat menguatkan respons tersebut. Pemerkuat terjadi pada stimulus yang menguatkan konsekuensi tersebut. Sebagai ilustrasi, perilaku respons si pembelajar yang baik diberi hadiah. Sebaliknya, perilaku respons yang tidak baik diberi teguran dan hukuman. (Mudjiono, 2002:9)
2
2. Belajar
Menurut Gagne
Menurut Gagne, belajar
merupakan kegiatan yang kompleks. Belajar adalah seperangkat proses kognitif
yang mengubah sifat stimulasi lingkungan, melewati pengolahan informasi,
menjadi kapabilitas baru.
Menurut
Gagne, belajar terdiri dari tiga komponen penting, yaitu kondisi eksternal,
kondisi internal, dan hasil belajar. Belajar merupakan interaksi antara
“keadaan internal dan proses kognitif siswa” dengan “stimulus dari lingkungan”.
Prses kognitif tersebut menghasilkan suatu hasil belajar. Hasil belajar tersebut
terdiri dari informasi verbal, keterampilan intelek, keterampilan motorik,
sikap, dan siasat kognitif.
a.
Informasi
verbal adalah kapabilitas untuk mengungkapkan
pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan maupun tertulis.
b.
Keterampilan
intelektual adalah kecakapan yang berfungsi untuk
berhubungan dengan lingkungan hidup serta memprsentasikan konsep dan lambang.
c.
Strategi
kognitif adalah kemampuan menyalurkan dan
mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri.
d.
Keterampilan
motorik adalah kemampuan melakukan serangkaian
gerakan jasmani dalam urusan dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme gerak
jasmani.
e.
Sikap
adalah kemampuan menerima atau menolak obyek
berdasarkan penilaian terhadap obyek tersebut.
3. Belajar
Menurut Pandangan Piaget
Piaget berpendapat bahwa
pengetahuan dibentuk oleh individu. Perkembangan intelektual melalui
tahap-tahap berikut. (i) Sensori motor (0-2 tahun), (ii) pra operasional (2-7 tahun), (iii) operasional konkret
(7-11 tahun), dan (iv) operai formal (11-ke atas).
Belajar
pengetahuan meliputi tiga fase. Fase-fase itu adalah :
a. Eksplorasi, siswa mempelajari gejala dengan
bimbingan
b. Pengenalan konsep, siswa mengenal konsep yang
ada hubungannya dengan
gejala
c.
Aplikasi konsep, siswa menggunakan konsep untuk meneliti gejala lain lebih
lanjut.
3
Menurut
Piaget, pembelajaran terdiri dari empat langkah berikut.
a.
Menentukan topik yang dapat dipelajari oleh anak sendiri.
b.
Memilih atau mengembangkan aktivitas kelas dengan topik tersebut.
c.
Mengetahui adanya kesempatan bagi guru untuk mengemukakan pertanyaan
menunjang
proses pemecahan masalah.
d.
Menilai pelaksanaan tiap kegiatan, memperhatikan keberhasilan, dan melakukan
revisi.
4.
Belajar Menurut Rogers
Rogers mengemukakan
pentingnya guru memperhatikan prinsip pendidikan. Rogers mengemukakan saran tentang
langkah-langkah pembelajaran yang perlu dilakukan oleh guru. Pembelajaran
meliputi hal berikut:
a.
Guru memberi
kepercayaan kepada kelas agar kelas memilih belajar secara
terstruktur.
b.
Guru dan siswa membuat kontrak belajar.
c.
Guru menggunakan metode inkuiri, atau belajar menemukan (discovery
learning).
d.
Guru menggunakan metode simulasi.
e.
Guru mengadakan latihan kepekaan agar siswa mampu menghayati perasaan dan
berpartisipasi
dengan kelompok lain.
f.
Guru bertindak sebagai fasilitator belajar.
2.3. Tujuan Belajar
Beberapa ahli mengemukakan pendapat mereka mengenai
tujuan belajar. Sukandi, 1983 berpendapat bahwa tujuan belajar adalah
mengadakan perubahan tingkah laku dan perbuatan. Perbuatan itu dapat dinyatakan
sebagai suatu kecakapan keterampilan, kebiasaan, sikap, pengertian, sebagai
pengetahuan atau penerima dan penghargaan
Menurut Surakhmat, 1986 tujuan belajar adalah
mengumpulkan pengetahuan, penanaman konsep dan pengetahuan, dan pembentukan
sikap dan perbuatan.
Demikian pula bahwa tujuan belajar itu dimaknai
sebagai pernyataan mengenai keterampilan atau konsep yang diharapkan
dapat dikuasai oleh peserta didik pada akhir priode pembelajaran (Slavin,
1994).
4
Dari pendapat ahli di atas, maka dapat disimpulkan bahwa Tujuan Belajar
adalah merubah tingkah laku dan perbuatan yang ditandai dengan kecakapan,
keterampilan, kemampuan dan sikap sehingga tercapainya hasil belajar yang
diharapkan.
2.4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Belajar
Secara umum faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibedakan
atas dua kategori, yaitu faktor internal dan faktor eksternal Kedua
faktor tersebut saling memengaruhi dalam proses belajar individu sehingga
menentukan kualitas hasil belajar.
a.
Faktor Internal
Faktor internal adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam
diri individu dan dapat memengaruhi hasil belajar individu. Faktor-faktor internal
ini meliputi faktor fisiologis dan psikologis.
1. Faktor Fisiologis
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
Faktor-faktor fisiologis adalah faktor-faktor yang berhubungan dengan
kondisi
fisik individu. Faktor-faktor ini dibedakan menjadi dua macam, yaitu: Pertama,
keadaan jasmani. Keadaan jasmani pada umumnya sangat memengaruhi aktivitas
belajar seseorang. Kondisi fisik yang sehat dan bugar akan memberikan pengaruh
positif terhadap kegiatan belajar individu. Sebaliknya, kondisi fisik yang
lemah atau sakit akan menghambat tercapainya hasil belajar yang maksimal. Oleh
karena keadaan jasmani sangat memengaruhi proses belajar, maka perlu ada usaha
untuk menjaga kesehatan jasmani.
Kedua, keadaan fungsi jasmani/fisiologis.
Selama proses belajar berlangsung, peran fungsi fisiologi pada tubuh manusia
sangat memengaruhi hasil belajar, terutama pancaindra. Pancaindra yang
berfungsi dengan baik akan mempermudah aktivitas belajar dengan baik pula.
Dalam proses belajar, pancaindra merupakan pintu masuk bagi segala informasi
yang diterima dan ditangkap oleh manusia, sehingga manusia dapat mengenal dunia
luar.
2. Faktor Psikologis
Faktor-faktor psikologis adalah keadaan psikologis seseorang yang dapat
memengaruhi proses belajar. Beberapa
faktor psikologis yang utama memengaruhi proses belajar adalah kecerdasan
siswa, motivasi, minat, sikap, dan bakat.
5
a) Kecerdasan/inteligensi siswa
Kecerdasan merupakan faktor psikologis yang paling penting dalam proses belajar siswa, karena itu menenentukan kualitas belajar siswa. Semakin tinggi tingkat
inteligensi seorang individu,
semakin besar peluang individu tersebut meraih sukses dalam belajar.
Sebaliknya, semakin rendah tingkat inteligensi individu, semakin sulit individu
itu mencapai kesuksesan belajar. Oleh karena itu, perlu bimbingan belajar dari
orang lain, seperti guru, orangtua, dan lain sebagainya. Sebagai faktor
psikologis yang penting dalam mencapai kesuksesan belajar, maka pengetahuan dan
pemahaman tentang kecerdasan perlu dimiliki oleh setiap calon guru atau guru
profesional, sehingga mereka dapat memahami tingkat kecerdasan siswanya.
b) Motivasi
Motivasi adalah salah satu faktor yang memengaruhi keefektifan kegiatan belajar siswa. Motivasilah yang mendorong siswa ingin melakukan kegiatan belajar. Para ahli psikologi mendefinisikan motivasi sebagai proses di dalam diri individu yang aktif, mendorong, memberikan arah, dan menjaga perilaku setiap saat (Slavin, 1994). Motivasi juga diartikan sebagai pengaruh kebutuhan-kebutuhan dan keinginan terhadap intensitas dan arah perilaku seseorang.
c)
Minat
Minat sama halnya dengan kecerdasan dan motivasi, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar. Karena jika seseorang tidak memiliki minat untuk belajar, ia akan tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan minat siswa agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dipelajarinya.
d) Sikap
Dalam proses belajar, sikap individu dapat memengaruhi keberhasilan proses belajarnya. Sikap adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa kecenderungan untuk mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek, orang, peristiwa dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif . Sikap siswa dalam belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya. Dan untuk mengan tisipasi munculnya sikap yang negatif dalam belajar, guru sebaiknya berusaha untuk menjadi guru yang profesional dan bertanggung jawab terhadap profesi yang dipilihnya.
6
e) Bakat
Faktor psikologis lain yang memengaruhi proses belajar adalah bakat. Secara umum, bakat(aptitude) didefinisikan sebagai kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Berkaitan dengan belajar, Slavin (1994) mendefinisikan bakat sebagai kemampuan umum yang dimiliki seorang siswa untuk belajar. Dengan demikian, bakat adalah kemampuan seseorangyang menjadi salah satu komponen yang diperlukan dalam proses belajar seseorang. Apabila bakat seseorang sesuai dengan bidang yang sedang dipelajarinya, maka bakat itu akan mendukung proses belajarnya sehingga kernungkinan besar ia akan berhasil.
b.
Faktor Eksternal
Selain karakteristik siswa atau faktor-faktor internal,
faktor-faktor eksternal juga dapat memengaruhi proses belajar siswa. Dalam hal
ini, faktor faktor eksternal yang memengaruhi belajar dapat digolongkan menjadi
dua golongan, yaitu faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
1.
Lingkungan Sosial
a. Lingkungan
sosial masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal siswa akan memengaruhi belajar siswa. Lingkungan siswa yang kumuh, banyak pengangguran dan anak telantar juga dapat memengaruhi aktivitas belajar siswa, paling tidak siswa kesulitan ketika memerlukan teman belajar, diskusi, atau meminjam alat-alat belajar yang kebetulan belum dimilikinya.
b. Lingkungan
sosial keluarga
Lingkungan ini sangat memengaruhi
kegiatan belajar. Ketegangan keluarga, sifat-sifat orangtua, demografi keluarga
(letak rumah), pengelolaan keluarga, semuanya dapat memberi dampak terhadap
aktivitas belajar siswa. Hubungan antara anggota keluarga, orangtua, anak,
kakak, atau adik yang harmonis akan membantu siswa melakukan aktivitas belajar
dengan baik.
c. Lingkungan
sosial sekolah
Seperti guru, administrasi, dan teman-teman sekelas dapat memengaruhi proses belajar seorang siswa. Hubungan yang harmonis antara ketiganya dapat menjadi motivasi bagi siswa untuk belajar lebih baik di sekolah.
7
Maka
para pendidik, orangtua, dan guru perlu memerhatikan dan memahami bakat yang
dimiliki oleh anaknya atau peserta didiknya, antara lain dengan mendukung, ikut
mengembangkan, dan tidak memaksa anak untuk memilih jurusan yang tidak sesuai
dengan bakatnya.
2. Lingkungan Nonsosial
2. Lingkungan Nonsosial
a. Lingkungan
alamiah
Seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak dingin, sinar yang tidak terlalu silau/kuat, atau tidak terlalu lemah/gelap, suasana yang sejuk dan tenang. Lingkungan alamiah tersebut merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitasbelajar siswa. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak mendukung, proses belajar siswa akan terhambat.
b. Faktor
instrumental
Yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas belajar, lapangan olahraga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan, dan lain sebagainya. Faktor materi pelajaran (yang diajarkan ke siswa). Faktor ini hendaknya disesuaikan dengan usia perkembangan siswa, begitu juga dengan metode mengajar guru, disesuaikan dengan kondisi perkembangan siswa. Karena itu, agar guru dapat memberikan kontribusi yang positif terhadap aktivitas belajar siswa, maka guru harus menguasai materi pelajaran dan berbagai metode mengajar yang dapat diterapkan sesuai dengan kondisi siswa.
2.5. Teori Belajar
1. Teori Belajar Behaviorisme
Teori belajar behaviorisme menjelaskan belajar itu adalah perubahan
perilaku yang dapat diamati, diukur dan dinilai secara konkret. Perubahan
terjadi melalui rangsangan (stimulans) yang menimbulkan hubungan perilaku
reaktif (respon) berdasarkan hukum-hukum mekanistik. Stimulans tidak lain
adalah lingkungan belajar anak, baik yang internal maupun eksternal yang
menjadi penyebab belajar. Sedangkan respons adalah akibat atau dampak, berupa
reaksi fisik terhadap stimulans.
8
Belajar berarti penguatan ikatan, asosiasi, sifat dan kecenderungan
perilaku S-R (stimulus-Respon).
Ciri-Ciri
Teori Behaviorisme adalah sebagai berikut.
a.
Mementingkan
faktor lingkungan
b.
Menekankan pada faktor bagian
c.
Menekankan pada tingkah laku yang nampak dengan
mempergunakan metode
obyektif
d.
Sifatnya mekanis
e.
Mementingkan masa lalu
Ada tiga jenis teori Behaviorisme:
a. Teori Belajar Respondent Conditioning
Teori ini
diperkenalkan oleh Pavlov, yang didasarkan pada pemikiran bahwa perilaku atau
tingkah laku merupakan respon yang dapat diamati dan diramalkan. Fisiolog
Pavlov (1849-1936) mengkaji stimuli (rangsangan tak bersyarat) yang secara
spontan memanggil respon. Melalui conditioning,
stimuli netral (netral spontan) memancing refleks namun sengaja dibuat agar
mampu memancing respon refleks. Bila satu stimuli menghasilkan respon, maka
stimuli kedua yang tidak relevan dihadirkan serempak dengan stimuli pertama,
dan akhirnya respon tadi muncul tanpa menghadirkan stimuli pertama.
b. Teori Belajar Operant Conditioning
B.F. Skinner
sebagai tokoh teori belajar Operant
Conditionioning berpendapat bahwa belajar menghasilkan perubahan perilaku
yang dapat diamati., sedang perilaku dan belajar diubah oleh kondisi
lingkungan. Teori Skinner (1954) sering disebut Operant Conditioning yang berunsur rangsangan atau stimuli, respon,
dan konsekuensi. Stimuli (tanda/syarat) bertindak sebagai pemancing respon,
sedangkan konsekuensi tanggapan dapat bersifat positif atau negatif namun
keduanya memperkukuh atau memperkuat (reinforcement).
c. Teori Observation Learning (Belajar
Pengamatan) atau Socio-Cognitive Learning
(Belajar Sosio-Kognitif)
Proses belajar yang bersangkut-paut dengan
peniruan disebut dengan belajar observasi (observation
learning). Albert Bandura (1969) menjelaskan bahwa belajar observasi
merupakan sarana dasar untuk memperoleh perilaku baru atau mengubah pola
perilaku yang sudah dikuasai. Belajar observasi biasa juga disebut belajar
sosial (Sosial learning) karena yang
menjadi obyek observasi pada umumya perilaku belajar orang lain.
9
Albert Bandura (1969) mengartikan belajar sosial
sebagai aktivitas meniru melalui pengamatan (observasi). Individu yang
perilakunya ditiru menjadi model pebelajar yang meniru . istilah Modeling digunakan untuk menggambarkan
proses belajar sosial. Model ini merujuk pada seseorang yang berperilaku sebagai
stimuli bagi respon pebelajar.
John W. Santrock (1981) menyebut pandangan
Albert Bandura tentang teori belajar sebagai teori belajar sosial kognitif. Hal
ini didasarkan pemikiran bahwa meniru perilaku model melibatkan proses-proses
psikologis yang sangat bersifat kognitif seperti perhatian (attention), ingatan (retention), kinerja motorik (motorik reproduction), kondisi penguatan
dan insentif. Walter Mischel (1973) cenderung menggunakan instilah cognitive social-learning theory, karena
di dalamnya terkandung harapan (expectancies),
strategi memproses informasi dan memaknai stimuli secara pribadi, anutan nilai
subyektif dilekatkan pada stimuli (subjective
stimuli values).
2. Teori Belajar Kognitivisme
Teori kognitivisme mengacu pada wacana psikologi
kognitif, dan berupaya menganalisis secara ilmiah proses mental dan struktur
ingatan atau cognitif dalam aktivitas belajar.
a. Teori Perkembangan Kognitif
Teori
ini dikemukakan oleh Jean Piaget, yang memandang individu sebagai struktur
kognitif, peta mental, skema, atau jaringan konsep guna memahami dan menanggapi
pengalamannya berinteraksi dengan lingkungan.
b. Teori Kognisi Sosial
Teori
ini dikembangkan oleh L.S. Vygotsky, yang didasari oleh pemikiran bahwa budaya
berperan pening dalam belajar seseorang.
c. Teori Pemrosesan Informasi
Model belajar pemrosesan informasi ini sering pula
disebut model kognitif information
processing, karena dalam proses belajar ini tersedia tiga taraf sistem
informasi yaitu sensory atau intake register, working memory, long-term memory.
3.
Teori Belajar Konstruktivisme
Konsep dasar
belajar menurut teori belajar konstruktivisme adalah pengetahuan baru
dikonstruksi sendiri oleh peserta didik secara aktif berdasarkan pengetahuan
yang telah diperoleh sebelumnya.
10
Pembelajaran
konstuktivisme merupakan satu teknik pembelajaran yang melibatkan peserta didik
untuk membina sendiri secara aktif pengetahuan dengan menggunakan pengetahuan
yang telah ada dalam diri mereka masing-masing.
4. Teori
Belajar Humanisme
Menurut
teori belajar humanisme, proses belajar harus dimulai dan ditujukan untuk
kepentingan memanusiakan manusia itu sendiri. Oleh sebab itu, teori belajar
humanisme lebih mendekati bidang kajian filsafat, teori kepribadian, dan psikoterapi,
daripada bidang kajian psikologi belajar.
2.6. Hakikat Pembelajaran
Pembelajaran artinya
suatu proses belajar yang terjadi karena adanya guru sebagai pengajar atau
pendidik dan adanya murid atau peserta didik sebagai yang diajar atau sebagai
penerima ilmu pengetahuan atau keterampilan. Secara umum istilah belajar dimaknai sebagai suatu
kegiatan yang mengakibatkan terjadinya perubahan tingkah laku. Dengan
pengertian demikian, maka pembelajaran dapat dimaknai sebagai suatu kegiatan
yang dilakukan oleh guru sedemikian rupa, sehingga tingkah laku peserta didik
berubah ke arah yang lebih baik (Darsono, 2000: 24).
Adapun yang dimaksud dengan proses pembelajaran adalah sarana dan cara
bagaimana suatu generasi belajar, atau dengan kata lain bagaimana sarana
belajar itu secara efektif digunakan. Hal ini tentu berbeda dengan proses
belajar yang diartikan sebagai cara bagaimana para pembelajar itu memiliki dan
mengakses isi pelajaran itu sendiri (Tilaar, 2002: 128). Maka dapat dipahami
bahwa pembelajaran membutuhkan hubungan dialogis yang sungguh-sungguh antara
guru dan peserta didik, dimana penekanannya adalah pada proses pembelajaran
oleh peserta didik(student of learning), dan bukan pengajaran oleh guru(teacher
of teaching) (Suryosubroto, 1997: 34).
Pembelajaran pada hakekatnya adalah proses interaksi antara peserta didik
dengan lingkungan, sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik.
Dan tugas guru adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya
perubahan perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan
sebagai usaha sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat
belajar sesuai dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai
fasilitator yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung
peningkatan kemampuan belajar peserta didik.
11
2.7. Tujuan
Pembelajaran
Tujuan pembelajaran merupakan salah satu aspek yang perlu dipertimbangkan
dalam merencanakan pembelajaran. Segala kegiatan pembelajaran muaranya pada
tercapainya tujuan tersebut.
Penuangan tujuan pembelajaran ini bukan saja memperjelas arah yang ingin
dicapai dalam suatu kegiatan belajar, tetapi dari segi efisiensi diperoleh
hasil belajar yang maksimal.
Banyak
pengertian yang diberikan para ahli pembelajaran tentang tujuan pembelajaran,
yang
satu sma
lain memiliki kesamaan disamping ada perbedaan sesuai dengan sudut pandang
garapannya. Robert F. Mager (1962) misalnya memberikan pengertian tujuan
pembelajaran sebagai tujuan perilaku yang hendak dicapai atau yang dapat
dikerjakan oleh siswa pada kondisi dan tingkat kompetensi tertentu. Pengertian
kedua dikemukakan oleh Edwar L.
Dejnozka dan David E. Kapel (1981), juga Kemp (1977) yang memandang bahwa
tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang spesifik yang dinyatakan dalam
perilaku atau penampilan yang diwujudkan dalam bentuk tulisan untuk
menggambrkan hasil belajar yang diharapakan. Perilaku ini dapat berupa fakta
yang samar. Definisi ke tiga dikemukakan oleh Fred Percival dan Henry Ellington
(1984) yakni tujuan pembelajaran adalah suatu pernyataan yang jelas dan
menunjukan penampilan atau keterampilan siswa tertentu yang diharapkan dapat
dicapai sebagai hasil belajar.
2.8. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembelajaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi pembelajaran adalah
sebagai berikut :
1.
Faktor
Kecerdasan
Yang
dimaksud dengan kecerdasan ialah kemampuan seseorang untuk melakukan kegiatan
berfikir yang bersifatnya rumit dan abstrak. Kecerdasan adalah suatu kemapuan
yang dibawa dari lahir sedangkan pendidikan tidak dapat meningkatkannya, tetapi
hanya dapat mengembangkannya.
2.
Faktor
Belajar
Yang dimaksud dengan faktor belajar adalah semua segi kegiatan belajar,
misalnya kurang dapat memusatkan perhatian kepada pelajaran yang sedang
dihadapi, tidak dapat menguasai kaidah yang berkaitan sehingga kurang menguasai
cara-cara belajar efektif dan efisien.
12
3. Faktor Sikap
Sikap dapat
menentukan kualitas belajar seseorang. Diantara sikap yang dimaksud di
sini adalah minat, keterbukaan pikiran, prasangka atau kesetiaan. Sikap yang
positif terhadap pelajaran merangsang cepatnya kegiatan belajar.
4.
Faktor
Kegiatan
Faktor
kegiatan ialah faktor yang ada kaitannya dengan kesehatan, kesegaran jasmani
dan keadaan fisik seseorang.
5.
Faktor
Emosi dan Sosial
Faktor
emosi seperti tidak senang dan rasa suka dan faktor sosial seperti persaingan
dan kerja sama sangat besar pengaruhnya dalam proses belajar. Ada diantara
faktor ini yang sifatnya mendorong terjadinya belajar tetapi ada juga yang
menjadi hambatan terhadap belajar efektif.
6.
Faktor
Lingkungan
Yang
dimaksud faktor lingkungan ialah keadaan dan suasana tempat seseorang belajar.
Selain kenyamanan tempat belajar, hubungan yang kurang serasi dengan teman juga
dapat menganggu kosentrasi dalam belajar.
7.
Faktor
Guru
Kepribadian guru, hubungan guru dengan siswa, kemampuan guru mengajar dan
perhatian guru terhadap kemampuan siswanya turut mempengaruhi keberhasilan
belajar. Guru dapat menimbulkan semangat belajar yang tinggi dan dapat juga
mengendorkan keinginan belajar yang sungguh-sungguh. Siswa yang baik berusaha
mengatasi kesulitan ini dengan memusatkan perhatian kepada bahan pelajaran,
bukan kepada kepribadian gurunya.
2.9. Model-model Pembelajaran
1. Model Pembelajaran Langsung
Model pembelajaran langsung merupakan model
pembelajaran yang
lebih
berpusat pada guru dan lebih mengutamakan strategi pembelajaran efektif guna
memperluas informasi materi ajar. Model pembelajaran langsung dikembangkan
untuk mengefisienkan materi ajar agar sesuai dengan waktu yang diberikan dalam
suatu periode tertentu
13
2. Model
Pembelajaran Kooperatif
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan untuk
mencapai setidak
tidaknya
tiga tujuan penting pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan
terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial (Ibrahim, dkk,
2000:7). Menurut Slavin (1997), pembelajaran kooperatif, merupakan model
pembelajaran dengan siswa bekerja dalam kelompok yang memiliki kemampuan
heterogen.
3. Model Pembelajaran
Berdasarkan Masalah
Pembelajaran berdasarkan masalah merupakan pendekatan
yang efektif untuk
pengajaran
proses berpikir tingkat tinggi. Pembelajaran ini membantu siswa untuk memproses
informasi yang sudah jadi dalam benaknya dan menyusun pengetahuan mereka
sendiri tentang dunia sosial dan sekitarnya.
Pembelajaran ini
cocok untuk mengembangkan pengetahuan dasar maupun kompleks (Ratumanan, 2002 :
123).
14
BAB III
PENUTUP
3.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya belajar
merupakan suatu proses yang berkesinambungan yang berlangsung sejak lahir
hingga akhir hayat, dalam belajar terjadi adanya perubahan tingkah laku yang
bersifat relatif permanen, hasil belajar ditunjukan dengan tingkah laku,dalam
belajar ada aspek yang berperan yaitu motivasi, emosional, sikap,dan yang lainnya.
Unsur utama dalam belajar adalah individu sebagai peserta belajar, kebutuhan
sebagai sumber pendorong, situasi belajar, yang memberikan kemungkinan
terjadinya kegiatan belajar.
Pembelajaran pada hakikatnya adalah proses interaksi antara peserta didik dengan
lingkungan,
sehingga terjadi perubahan perilaku kearah yang lebih baik. Dan tugas guru
adalah mengkoordinasikan lingkungan agar menunjang terjadinya perubahan
perilaku bagi peserta didik. Pembelajaran juga dapat diartikan sebagai usaha
sadar pendidik untuk membantu peserta didik agar mereka dapat belajar sesuai
dengan kebutuhan dan minatnya. Disini pendidik berperan sebagai fasilitator
yang menyediakan fasilitas dan menciptakan situasi yang mendukung peningkatan
kemampuan belajar peserta didik.
3.2. Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari
sempurna. Kesalahan ejaan, metodologi penulisan dan pemilihan kata serta
cakupan masalah yang masih kurang adalah diantara kekurangan dalam makalah ini.
Karena itu saran dan kritik membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan
makalah ini.
15
DAFTAR PUSTAKA
Dimyati
dan Mudjiono. 2002. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka Cipta
Suryosubroto. 2009. Proses Belajar Mengajar Di Sekolah. Jakarta: PT Rineka Cipta
Gintings Abdorrakhman. 2010. Belajar Dan Pembelajaran. Bandung: Humaniora
dan-pembelajaran/
Gredler, Bell, Margareth E. 1991. Belajar dan Membelajarkan (terjemahan Munandir).
Jakarta: Rajawali Pers.
Rooijakkkers, Ad.. 1990. Mengajar dengan Sukses. Jakarta:
Gramedia.
16