Senin, 07 Desember 2015

MAKALAH LOGIKA MATEMATIKA



MAKALAH
LOGIKA MATEMATIKA
Untuk Memenuhi Syarat Mata Kuliah Konsep Dasar Matematika
Dosen Pengampu : Dicky Prastyo, M.Pd






Disusun oleh kelompok 1 :
1. Tika Marlena                       NPM(141350015 )Sebagai Pemateri
2. Margareta Eka T.S              NPM (141350030) Sebagai Moderator
3. Azmi Raiz                           NPM (141350049) Sebagai Notulen

Prodi                                 : PGSD
Semester                            : III  (Tiga)


SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PERSATUAN GURU REPUBLIK INDONSIA
METRO 2015/2016


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah yang berisikan tentang “Logika Matematika ” tepat pada waktunya.
Makalah ini diharapkan dapat bermanfaat untuk menambah pengetahuan bagi para pembaca dan dapat digunakan sebagai salah satu pedoman dalam proses pembelajaran.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangannya karena pengetahuan yang saya miliki cukup terbatas.Oleh karena itu, saya berharap kritik dan saran dari pembaca yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, saya sampaikan terima kasih.










Lampung Timur, 8 Oktober 2015

                                                                                                Tim penyusun                    



ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.........................................................................................i
KATA PENGANTAR…………......................................................................ii
DAFTAR ISI………………………………………..……………….……….iii
BAB I
 PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1. Latar Belakang................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah...........................................................................1
1.3. Tujuan.............................................................................................1
BAB II
 PEMBAHASAN ............................................................................................. 2
2.1. Pengertian Logika Matematika ......................................................2
2.1. Pernyataan dan Kalimat Terbuka....................................................2
2.3. Oprasi Logika.................................................................................4
2.4. Konvers,Invers dan Kontraposisi Suatu Implikasi..........................5
2.5. Bikondisional..................................................................................8
2.6. Tautologi,Ekavin,dan Kontradiksi................................................11
2.7. Pernyataan Berkuantor..................................................................12
2.8. Validias Pembuktian.....................................................................12
BAB III
 PENUTUP .....................................................................................................13
3.1. Kesimpulan...................................................................................13
3.2. Saran.............................................................................................13
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................14






iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.Latar Belakang
Melalui logika kita dapat mengetahui kebenaran suatu pernyataan dari suatu kalimat dan mengetahui apakah pernyataan pertama sama maknanya dengan pernyataan kedua. Misalkan, apakah pernyataan “Jika sekarang adalah hari Minggu maka sekolah libur.” sama artinya dengan “Jika sekolah libur maka sekarang adalah hari Minggu.”? Untuk menjawab pertanyaan ini tentu kita perlu mengetahui aturan-aturan dalam logika.
Banyak hal yang perlu kita ketahui mengenai logika. Dengan logika, kita juga dapat mengetahui apakah suatu pernyataan bernilai benar atau salah. Hal terpenting yang akan didapatkan setelah mempelajari logika matematika adalah kemampuan atau keahlian mengambil kesimpulan dengan benar atau sah. Logika matematika memberikan dasar bagi sebuah pengambilan kesimpulan dan dapat digunakan dalam banyak aspek kehidupan.

1.2. Rumusan Masalah
Adapun masalah yang akan di bahas dalam makalah ini adalah
1.      Apa yang dimaksud  logika Matematika,pernyataan dan kalimat terbuka?
2.      Operasi-operasi apa saja yang terdapat dalam logika matematika?
3.      Bagaimana konvers, invers dan kontraposisi dari suatu implikasi?
4.      Apa yang dimaksud tautologi dan kontradiksi?
5.      Apa yang dimaksud pernyataan berkuantor?
6.      Bagaimana cara menarik kesimpulan?

1.3.    Tujuan.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah  untuk mengetahui nilai kebenaran dari suatu pernyataan, operasi-operasi yang terdapat dalam logika matematika, mengetahui konvers, invers dan kontraposisi dari suatu implikasi, mengetahui mengenai tautologi dan kontradiksi, pernyataan berkuantor serta cara pengambilan kesimpulan dalam logika matematika.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1.     Pengertian Logika Matematika

Logika Matematika atau Logika Simbol  ialah logika  yang menggunakan bahasa Matematika, yaitu dengan menggunakan lambang-lambang atau simbol- simbol.
Keuntungan atau kekuatan bahasa simbol adalah: ringkas, univalent/bermakna tunggal, dan universal/dapat dipakai dimana-mana.

2.2.    Pernyataan dan Kalimat Terbuka
    A. Pernyataan
Pernyataan adalah kalimat yang mempunyai nilai benar saja atau salah saja, tetapi tidak sekaligus benar dan salah. Kebenaran atau kesalahan sebuah pernyataan dinamakan nilai kebenaran dari pernyataan tersebut. Suatu pernyataan biasanya dilambangkan dengan huruf kecil, misalnya p, q, r, dan seterusnya. Setiap pernyataan adalah kalimat, tetapi tidak semua kalimat merupakan pernyataan.
Contoh :
a.    Jakarta adalah ibu kota Negara Republik Indonesia.
b.   5 adalah bilangan genap.
c.    Kemana anda pergi?
Kalimat (a) merupakan pernyataan yang bernilai benar, kalimat (b) merupakan pernyataan yang bernilai salah dan kalimat (c) bukan merupakan pernyataan, karena tidak bernilai benar atau salah
Kalimat-kalimat yang tidak termasuk pernyataan, adalah:
a.        Kalimat perintah
b.       Kalimat pertanyaan
c.        Kalimat keheranan
d.      Kalimat harapan
3
  B.      Kalimat Terbuka
Kalimat terbuka adalah kalimat yang masih memuat perubahan (variabel), sehingga belum dapat ditentukan nilai benar atau salahnya. Variabel adalah simbol untuk menunjukkan suatu anggota yang belum spesifik dalam semesta pembicaraan. Untuk memahami pengertian kalimat terbuka, perhatikan contoh berikut.
a.    2 x +  3 = 11
b.   y – 3 < 9
c.    Kota itu bersih, indah dan teratur.
Kalimat-kalimat di atas merupakan kalimat terbuka karena belum dapat ditentukan benar atau salahnya. Pada kalimat (a), jika kita ganti variabel x dengan 3 maka kalimat (a) tidak lagi berupa kalimat terbuka, sekarang (a) adalah suatu pernyataan yang bernilai salah tetapi jika kita ganti variabel x dengan 4 maka (a) adalah suatu pernyataan yang bernilai benar. Jika kita ganti variabel “itu” pada kalimat (c) dengan Jakarta, maka (c) belum menjadi pernyataan karena tetap harus diselidiki nilai kebenarannya.

2.3.     Operasi Logika
   A.  Negasi
Negasi (ingkaran) adalah suatu pernyataan baru yang dapat dibentuk dari pernyataan semula sehingga bernilai benar jika pernyataan semula salah dan bernilai salah Maka pernyataan semula benar.
Jika pada suatu pernyataan p, diberikan pernyataan lain yang disebut negasi p, dilambangkan oleh ~p, maka dapat dibentuk dengan menuliskan “Tidak benar…” di depan pernyataan p atau jika mungkin, dengan menyisipkan kata “tidak” atau “bukan”di dalam pernyataan p.
Nilai kebenaran negasi suatu pernyataan memenuhi sifat berikut ini: Jika p benar, maka ~p salah; jika p salah maka ~p benar.



4
Jadi, nilai kebenaran negasi suatu pernyataaan selalu berlawanan dengan nilai kebenaran pernyataan semula. Sifat tersebut dapat dituliskan dalam bentuk tabel berikut ini.
p
~p
B
S
S
B
Contoh:
a.        p   :  Semua bilangan prima adalah ganjil.
     ~p   :  Tidak benar bahwa semua bilangan prima adalah ganjil.
     ~p   :  Ada bilangan prima yang tidak ganjil.
b.    q     :  2 + 2 = 5
     ~q   :  Tidak benar 2 +2 =5
     ~q   :  2 + 2 ¹ 5
  B.      Konjungsi
Konjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan dengan menggunakan kata hubung “dan”. Konjungsi dari pernyataan p dan q dinotasikan oleh “p Ù q”.
Nilai kebenaran konjungsi p Ù q memenuhi sifat berikut ini: jika p benar dan q benar, maka p Ù q benar; sebaliknya, jika salah satu p atau q salah serta p salah dan q salah, maka p Ù q salah. Dengan perkataan lain, konjungsi dua pernyataan akan bernilai benar hanya bila setiap pernyataan bagiannya bernilai benar. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
p
Q
p Ù q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
S
S




5
Contoh :
a.       p          :  2 + 3 = 5 (benar)
       q          :  5 adalah bilangan prima (benar)
       p Ù q    :  2 + 3 = 5 dan 5 adalah bilangan prima (benar)
b.      p          :  12 habis dibagi 3 (benar)
       q          :  15 habis dibagi 2 (salah)
       p Ù q    :  12 habis dibagi 3 dan 15 habis dibagi 2 (salah)

  C.      Disjungsi
Disjungsi adalah pernyataan gabungan dari dua pernyataan dengan menggunakan kata hubung “atau”. Disjungsi dari pernyataan p dan q dinotasikan oleh “p Ú q”.
Nilai kebenaran disjungsi p Ú q memenuhi sifat berikut ini: jika p benar dan q benar serta salah satu diantara p dan q benar, maka p Ú q benar. Jika p dan q dua-duanya salah maka p Ú q salah. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
p
Q
p Ú q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
B
B
S
Contoh :
a.       p          :  5 + 3 = 8 (benar)
       q          :  8 adalah bilangan genap (benar)
                   p Ú  q   :  5 + 3 = 8 atau 8 adalah bilangan genap (benar)
b.      p           :  5 + 3 ¹ 8 (salah)
       q          :  8 bukan bilangan genap (salah)
       p Ú  q   :  5 + 3 ¹ 8 atau 8 bukan bilangan genap (salah)




6
  D.      Implikasi
Implikasi (pernyataan bersyarat/kondisional) adalah pernyataan majemuk yang disusun dari dua buah pernyataan dengan menggunakan kata hubung logika “jika . . .
maka . . .”. Disjungsi dari pernyataan p dan q dinotasikan oleh “p Þ q”, dapat dibaca “jika p maka q”.
Nilai kebenaran implikasi p Þ q memenuhi sifat berikut: jika p benar dan q salah, maka p Þ q dinyatakan salah. Dalam kemungkinan yang lainnya p Þ q dinyatakan benar. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.
p
Q
p Þ q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
B
B
Contoh :
a.       p          :  5 + 3 = 8 (benar)
       q          :  8 adalah bilangan genap (benar)
       p Þ q  :  jika 5 + 3 = 8 maka 8 adalah bilangan genap (benar)
b.      p          :  5 + 3 ¹ 8 (salah)
       q          :  8 adalah bilangan genap (benar)
       p Þ q  :  jika 5 + 3 ¹ 8 maka 8 adalah bilangan genap (benar)
  E.      Biimplikasi
Jika dua pernyataan p dan q dirangkai dengan menggunakan dengan kata hubung “… jika dan hanya jika …”, maka diperoleh pernyataan baru yang berbentuk “p jika dan hanya jika q” yang disebut biimplikasi. Biimplikasi dari pernyataan p dan q dinotasikan oleh “p Û q”.
Nilai kebenaran biimplikasi p Û q memenuhi sifat berikut: p Û q dinyatakan benar jika p dan q mempunyai nilai kebenaran yang sama. p Û q dinyatakan salah jika mempunyai nilai kebenaran yang tidak sama. Untuk lebih jelasnya perhatikan tabel berikut.

7
p
Q
p Û q
B
B
S
S
B
S
B
S
B
S
S
B

Contoh:
a.       p          :  2 + 6 = 8 (benar)
       q          :  2 < 8 (benar)
       p Û q  :  2 + 6 = 8 jika dan hanya jika 2 < 8 (benar)
b.      p          :  2 + 6 ¹ 8 (salah)
       q          :  2 > 8 (salah)
       p Û q  :  2 + 6 ¹ 8 jika dan hanya jika 2 > 8 (benar)

2.4.    Konvers, Invers dan Kontraposisi suatu Implikasi
Dari suatu implikasi p Þ q dapat dibentuk implikasi lain, yaitu:
1.      q Þ p, yang disebut konvers dari p Þ q.
2.      ~p Þ ~q, yang disebut invers dari p Þ q.
3.      ~q Þ ~p, yang disebut kontraposisi dari p Þ q.
Tabel kebenaran hubungan antara implikasi-implikasi tersebut adalah:

Implikasi
Konvers
Invers
Kontraposisi
p
q
~p
~q
p Þ q
q Þ p
~p Þ ~q
~q Þ ~p
B
B
S
S
B
S
B
S
S
S
B
B
S
B
S
B
B
S
B
B
B
B
S
B
B
B
S
B
B
S
B
B
Dari tabel kebenaran terlihat bahwa nilai kebenaran p Þ q sama dengan nilai kebenaran ~q Þ ~p. Begitu pula nilai kebenaran q Þ p sama dengan nilai kebenaran     ~p Þ ~q.
8
2.5.    Bikondisional (Biimplikasi Atau Pernyataan Bersyarat Ganda)
Pernyataan bikondisional bernilai benar hanya jika komponen-komponennya bernilai sama.
Contoh:          Jika   p                  : 2 bilangan genap (B)
                        q                          : 3 bilangan ganjil (B)
maka p q        : 2 bilangan genap dan 3 bilangan ganjil (B)
2.6.      Tautologi, Ekivalen Dan Kontradiksi

A.  Tautologi

Perhatikan bahwa beberapa pernyataan  selalu bernilai benar. Contoh pernyataan: “Junus masih bujang atau Junus bukan bujang” akan selalu bernilai benar tidak bergantung pada apakah junus benar-benar masih bujang atau bukan bujang. Jika p : junus masih bujang, dan ~p : junus bukan bujang, maka pernyataan diatas berbentuk p ~p. (coba periksa nilai kebenarannya dengan menggunakan tabel kebenaran). Setiap pernyataan yang bernilai benar, untuk setiap nilai kebenaran komponen-komponennya, disebut tautologi. 
B.  Ekivalen

Dua buah pernyataan dikatakan ekivalen (berekivalensi logis) jika kedua pernyataan itu mempunyai nilai kebenaran yang sama.
C.    Kontradiksi

Setiap pernyataan yang selalu bernilai salah, untuk setiap nilai kebenaran dari komponen-komponen disebut kontradiksi. Karena kontradiksi selalu bernilai salah, maka kontradiksi merupakan ingkaran dari tautologi dan sebaliknya.
2.7.     Pernyataan Berkuantor
Kuantor adalah pengukur kuantitas atau jumlah. Pernyataan berkuantor artinya pernyataan yang mengandung ukuran kuantitas atau jumlah. Biasanya pernyataan berkuantor mengandung kata semua, setiap, beberapa, ada dan sebagainya. Kata-kata tersebut merupakan kuantor karena kata-kata tersebut menyatakan ukuran jumlah. Kuantor dibagi menjadi dua, yaitu kuantor universal dan kuantor eksistensial.
9
A.       Kuantor Universal
Pernyataan yang menggunakan kata semua atau setiap disebut pernyataan berkuantor universal. Kata semua atau setiap disebut kuantor universal. Berikut beberapa contoh pernyataan yang menggunakan kuantor universal.
a.    Semua kuda berlari cepat.
b.   Setiap bilangan asli lebih besar daripada nol.
Kalimat terbuka p(x) dapat diubah menjadi pernyataan dengan cara mengganti peubah pada kalimat terbuka itu dengan nilai-nilai pengganti pada himpunan yang telah ditentukan. Cara lain untuk mengubah kalimat terbuka menjadi pernyataan adalah dengan membubuhkan kuantor universal di depan kalimat terbuka itu. Misalkan p(x) adalah sebuah kalimat terbuka, maka untuk menyatakan penyelesaian dari p(x) dituliskan sebagai berikut.
" x, p(x)
dibaca: untuk setiap x berlakulah p(x) atau untuk semua x berlakulah p(x)

B.       Kuantor Eksistensial
Pernyataan yang menggunakan kata beberapa atau ada disebut pernyataan berkuantor eksistensial. Kata beberapa atau ada disebut kuantor eksistensial. Berikut beberapa contoh pernyataan yang menggunakan kuantor eksistensial.
a.    Ada bis kota yang bersih.
b.   Beberapa dinding rumah terbuat dari papan kayu.
Seperti halnya pada kuantor universal, kuantor eksistensial juga dapat digunakan untuk mengubah kalimat terbuka menjadi pernyataan. Misalkan p(x) adalah sebuah kalimat terbuka, maka untuk menyatakan penyelesaian dari p(x) dituliskan sebagai berikut.
10
$ x, p(x)
dibaca: beberapa x berlakulah p(x) atau ada x berlakulah p(x)

C.       Ingkaran Kuantor Universal
  Perhatikan contoh berikut.
  p : Semua kucing berwarna putih
  ingkaran dari p adalah ~p : Tidak benar bahwa semua kucing berwarna putih, atau
  ~p : Ada kucing yang tidak berwarna putih
Berdasarkan contoh diatas tampak bahwa ingkaran dari pernyataan berkuantor universal adalah sebuah pernyataan berkuantor eksistensial. Secara umum, ingkaran dari pernyataan berkuantor universal dapat ditentukan sebagai berikut.
~[" x, p(x)] º $ x, ~p(x)
dibaca: ingkaran dari “untuk setiap x berlakulah p(x)” ekuivalen dengan “ada x yang bukan p(x)”

D.       Ingkaran Kuantor Eksistensial
 Perhatikan contoh berikut.
 p : Ada pria yang menyukai sepak bola
 ingkaran dari p adalah ~p : Tidak ada pria yang menyukai sepak bola, atau
 ~p : Semua pria tidak menyukai sepak bola
Berdasarkan contoh diatas tampak bahwa ingkaran dari pernyataan berkuantor eksistensial adalah sebuah pernyataan berkuantor universal. Secara umum, ingkaran dari pernyataan berkuantor eksistensial dapat ditentukan sebagai berikut.


11
~[$ x, p(x)]  º " x, ~p(x)
dibaca: ingkaran dari “ada x berlakulah p(x)” ekuivalen dengan “untuk semua x bukan p(x)”

2.8. Validitas Pembuktian ( Menarik Kesimpulan )

A.    Premis dan Argumen

Pernyataan-pernyataan yang digunakan untuk menarik suatu kesimpulan disebut premis, sehingga suatu premis dapat berupa aksioma, hipotesa, definisi atau pernyataan yang sudah dibuktikan sebelumnya.
Sedang yang dimaksud dengan argumen adalah kumpulan kalimat yang terdiri atas satu atau lebih premis yang mengandung bukti-bukti (evidence) dan suatu (satu) konklusi. Konklusi ini selayaknya (supposed to) diturunkan dari premis-premis.

B.     Validitas Pembuktian

Modus ponens, modus tollens dan silogisme adalah metode atau cara yang digunakan dalam penarikan kesimpulan. Proses penarikan kesimpulan terdiri atas beberapa pernyataan yang diketahui nilai kebenarannya (disebut premis). Kemudian dengan menggunakan prinsip-prinsip logika dapat diturunkan pernyataan baru (disebut kesimpulan/konklusi) yang diturunkan dari premis-premis semula. Penarikan kesimpulan seperti itu sering juga disebut argumentasi.
Suatu argumentasi disusun dengan cara menuliskan premis-premisnya baris demi baris dari atas ke bawah, kemudian dibuat garis mendatar sebagai batas antara premis-premis dengan konklusi. Misalkan pernyataan-pernyataan yang diketahui (premis-premis) adalah a dan b, konklusinya c, maka argumentasi tersebut dapat disajikan dalam susunan berikut.



12
a      ……. premis 1
b      ……. premis 2
\……. kesimpulan/konklusi
Pernyataan a sebagai premis 1, pernyataan b sebagai premis 2, dan pernyataan c sebagai kesimpulan/konklusi. Tanda \ dibaca “jadi” atau “oleh karena itu”.
1.      Modus Ponens
Misalkan diketahui premis-premis p Þ q dan p. Dari premis-premis itu dapat diambil konklusi q. Pengambilan kesimpulan dengan cara seperti itu disebut modus ponens atau kaidah pengasingan. Modus ponens disajikan dalam susunan sebagai berikut.
p Þ q ……. premis 1
p ……. premis 2
\ q    ……. kesimpulan/konklusi
Contoh :
Diketahui:
Premis 1 : Jika saya jujur, maka usaha saya berhasil
Premis 2 : Jika usaha saya berhasil, maka hidup saya bahagia
Dari premis-premis tersebut dapat ditarik kesimpulan yang sah adalah … Jika saya jujur, maka hidup saya bahagia
2.      Modus Tollens
Misalkan diketahui premis-premis p Þ q dan ~q. Dari premis-premis itu dapat diambil konklusi ~p. Pengambilan kesimpulan dengan cara seperti itu disebut modus tollens atau kaidah penolakan akibat. Modus tollens disajikan dalam susunan sebagai berikut.
p Þ q ……. premis 1
~q    ……. premis 2
\ ~p  ……. kesimpulan/konklusi
13
Contoh :
Premis 1 : Jika semua harta benda Andi terbawa banjir, maka ia menderita
Premis 2 : Andi tidak menderita
Kesimpulan yang sah dari premis-premis tersebut adalah …
Misalkan :        p = semua harta benda Andi terbawa banjir
            q = ia menderita
~q = Andi tidak menderita
Premis 1       : p Þ q
Premis 2       :      ~q
Kesimpulan  : \ ~p
Semua harta benda Andi tidak terbawa banjir
3.      Silogisme
Misalkan diketahui premis-premis p Þ q dan q Þ r. Dari premis-premis itu dapat diambil konklusi p Þ r. Pengambilan kesimpulan dengan cara seperti itu disebut kaidah silogisme. Silogisme disajikan dalam susunan sebagai berikut.
p Þ q     ……. premis 1
q Þ r      ……. premis 2
\ p Þ r ……. kesimpulan/konklusi
Contoh
Diketahui:
Premis 1 : Jika Adi rajin belajar maka Adi lulus ujian
Premis 2 : Jika Adi lulus ujian maka Adi dapat diterima di PTN
Penarikan kesimpulan dari premis–premis tersebut adalah…
Misalkan :        p = Adi rajin belajar
q = Adi lulus ujian
r = Adi dapat diterima di PTN

14
Premis 1       : p Þ q
Premis 2       : q Þ r
Kesimpulan  : \ p Þ r
\ Jika Adi rajin belajar maka Adi dapat diterima di PTN


15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Secara etimologis, logika berasal dari kata Yunani ‘logos’ yang berarti kata, ucapan, pikiran secara utuh, atau bisa juga berarti ilmu pengetahuan (Kusumah, 1986). Logika adalah suatu cabang ilmu yang mengkaji penurunan-penurunan kesimpulan yang sahih (tidak valid).
Dalam logika matematika ada dua kalimat yang penting, yaitu kalimat pernyataan dan kalimat terbuka serta terdapat juga operasi logika, yaitu negasi (ingkaran), konjungsi, disjungsi, implikasi dan biimplikasi. Dari suatu implikasi dapat dibentuk implikasi lain, yaitu konvers, invers dan kontraposisi. Metode atau cara yang digunakan dalam penarikan kesimpulan, yaitu modus ponens, modus tollens dan silogisme.

3.2. Saran
Penulis menyadari jika makalah ini masih jauh dari sempurna. Kesalahan ejaan, metodologi penulisan dan pemilihan kata serta cakupan masalah yang masih kurang adalah diantara kekurangan dalam makalah ini. Karena itu saran dan kritik membangun sangat kami butuhkan dalam penyempurnaan makalah ini.









16
DAFTAR PUSTAKA

http://bloogeragus.blogspot.co.id/2014/03/makalah-logika-informatika_23.html
Lipschutz, Seymour dan George G. hall. 1988. Matematika Hingga. Jakarta: Penerbit Erlangga


















17

Tidak ada komentar:

Posting Komentar